
IHSG Tak Bertenaga, Banyak yang Ambil Untung Setelah ATH

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah 0,11% ke level 6.716,16 pada awal perdagangan hari ini, Selasa (23/11/2021).
Pada 09.11 WIB, IHSG mengalami koreksi sebesar 0,01% ke level 6.722,61 dan asing pun membukukan net sell di pasar reguler sebesar Rp 17,98 miliar. Namun nilai net sell asing terbilang kecil.
Saham yang banyak dikoleksi asing di awal perdagangan adalah saham PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk (JTPE) dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan net buy masing-masing sebesar Rp 5,6 miliar dan Rp 4,1 miliar.
Sedangkan saham yang banyak dilepas asing adalah saham PT Bank Mandiri Tbk (BRMI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan net sell masing-masing sebesar Rp 12,5 miliar dan Rp 8,3 miliar.
Wall Street kembali ditutup kurang bergairah semalam. Indeks S&P 500 melemah 0,32%. Hanya Indeks Dow Jones yang rebound, itupun penguatannya tipis sebesar 0,05%. Saham-saham teknologi yang sebelumnya hijau harus jatuh ke zona pesakitan.
Nasdaq Composite yang terkenal tech-heavy dini hari tadi justru amblong. Hal ini dikarenakan indeks dengan bobot saham teknologi yang besar tersebut sudah menguat di awal pekan.
Sebelumnya, pasar keuangan AS juga menanti apakah ketua bank sentral The Federal Reserves yakni Jerome Powell dinominasikan kembali untuk memimpin otoritas moneter paling powerful di dunia tersebut oleh Presiden Joe Biden.
Selanjutnya Powell dan Brainard harus mendapat restu terlebih dahulu dari Senat yang saat ini dikuasai oleh Partai Demokrat (partainya Joe Biden). Meskipun saat ini suara Senat AS masih terpecah sehingga membuat risiko ketidakpastian tetap membayangi pasar.
Namun selain perlu mencermati kinerja Bursa Saham New York, investor juga patut untuk mencermati berbagai sentimen lainnya.
Sentimen eksternal yang masih patut diperhatikan adalah perkembangan Covid-19 di Eropa. Peningkatan signifikan kasus harian infeksi Covid-19 di Benua Biru yang dibarengi dengan lockdown nasional di Austria membuat harga minyak mentah ambrol.
Baik kontrak minyak mentah jenis Brent dan West Texas Intermediate (WTI), keduanya ambrol dan turun ke bawah level psikologis US$ 80/barel.
Harga minyak mentah memang bangkit. Namun tekanan akibat kenaikan kasus Covid-19 masih membayangi. Hal ini terlihat dari harga minyak yang masih di bawah US$ 80/barel.
Dari dalam negeri, rilis data makroekonomi berupa jumlah uang beredar (M2) dan aksi korporasi bakal mewarnai perdagangan. Selama ini, likuiditas di perekonomian cenderung berlimpah. Namun tekanan inflasi masih rendah sehingga turut menjadi sentimen positif untuk aset keuangan dalam negeri.
Berlanjutnya tren pasokan uang beredar yang tumbuh positif bisa menjadi katalis positif lain jika inflasi belum benar-benar pulih.
Kemudian soal aksi korporasi, jelang akhir tahun banyak perusahaan yang justru mengantre untuk menjadi perusahaan publik. Setidaknya ada 14 perusahaan yang berada di tahap bookbuilding (12) dan penawaran umum (2).
Artinya investor perlu benar-benar mempertimbangkan apakah likuiditas di pasar tersebut mencukupi untuk memfasilitas IPO jumbo perusahaan-perusahaan yang ingin menyandang status 'Tbk' tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham