Rupiah Joss! Kurs Dolar Singapura Merosot ke Rp 10.440

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Senin, 22/11/2021 11:50 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs dolar Singapura sudah melemah dalam 9 dari 10 perdagangan terakhir melawan rupiah, dan penurunan masih berlanjut pada perdagangan Senin (22/11). Rupiah sedang bertenaga setelah neraca pembayaran kembali mencatat surplus, sementara dolar Singapura menanti rilis data inflasi.

Melansir data Refinitiv, dolar Singapura pagi ini turun 0,21% ke Rp 10.441,58/SG$ di pasar spot. Posisi tersebut merupakan level terendah sejak 19 Oktober lalu.

Pada pekan lalu Bank Indonesia (BI) melaporkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) membukukan surplus sebesar US$ 10,7 miliar pada kuartal III-2021. Jauh membaik ketimbang kuartal sebelumnya yang defisit US$ 0,4 miliar.


"Kinerja NPI tersebut ditopang oleh transaksi berjalan yang mencatat surplus, berbalik dari triwulan sebelumnya yang tercatat defisit, serta surplus transaksi modal dan finansial yang makin meningkat," sebut keterangan tertulis BI, Jumat (19/11/2021).

Transaksi berjalan pada kuartal III-2021 mencatat surplus US$ 4,5 miliar atau 1,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Juga membaik ketimbang kuartal sebelumnya yang minus US$ 2 miliar (0,7% PDB).

Surplus di kuartal III-2021 tersebut menjadi yang tertinggi sejak kuartal IV-2009.

Kinerja transaksi berjalan terutama dikontribusikan oleh surplus neraca barang yang makin meningkat, didukung oleh kenaikan ekspor non-migas sejalan dengan masih kuatnya permintaan dari negara mitra dagang dan berlanjutnya kenaikan harga komoditas ekspor utama di pasar internasional.

Transaksi berjalan menjadi faktor yang begitu krusial dalam mendikte laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil.

Sementara itu Singapura akan merilis data inflasi Selasa besok. Konsensus di Trading Economics memperkirakan pertumbuhan 2,8% year-on-year (YoY) di bulan Oktober, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 2,5% YoY.

Kemudian inflasi inti tumbuh 1,3% YoY lebih tinggi dari bulan sebelumnya 1,2% YoY. Semakin tinggi inflasi, maka Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) kemungkinan akan kembali mengetatkan kebijakan moneternya.

Seperti diketahui sebelumnya, pada 14 Oktober lalu MAS menaikkan kemiringan (slope) S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate) dari sebelumnya di dekat 0%. Sementara lebar (width) dan titik tengah (centre) masih tetap.

Slope berfungsi membuat penguatan/penurunan dolar Singapura lebih cepat/lambat. Ketika slope dinaikkan, maka dolar Singapura bisa menguat lebih cepat, begitu juga sebaliknya.

Salah satu pejabat MAS, Ravi Menon, mengatakan otoritas saat ini sedang mengamati tanda-tanda inflasi semakin meningkat dan siap untuk bertindak guna meredamnya.

Untuk diketahui, di Singapura, tidak ada suku bunga acuan, kebijakannya menggunakan S$NEER. Kebijakan moneter, apakah itu longgar atau ketat, dilakukan dengan cara menetapkan kisaran nilai dan nilai tengah dolar Singapura terhadap mata uang negara mitra dagang utama. Kisaran maupun nilai tengah itu tidak diumbar kepada publik.

"Secara keseluruhan, saya akan mengatakan risiko yang dihadapi perekonomian saat ini beralih ke inflasi. Kami akan mengamati dengan seksama risiko inflasi yang semakin tinggi, dan kami siap untuk bertindak," kata Menon dalam wawancara dengan Bloomberg TV, sebagaimana diwartakan The Straits Times, Selasa (2/11).

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor