Fokus Jadi Bank Digital, AGRO Tambah Modal Rp 1,16 T

Monica Wareza, CNBC Indonesia
22 November 2021 09:35
Tangkapan Layar Public Expose Bank Raya
Foto: Tangkapan Layar Public Expose Bank Raya

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) atau sebelumnya PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga bakal melakukan Penambahan Modal Dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD/rights issue).

Rencananya, jumlah saham yang akan diterbitkan sebanyak 1.054.545.185 saham atau setara dengan 4,64% dari jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh setelah pelaksanaan PMHMETD.

Berdasarkan prospektus yang dirilis perusahaan, HMETD ini akan dilaksanakan di harga Rp 1.100/saham. Dengan demikian perusahaan akan mendapatkan dana Rp 1,16 triiiun jika semua rights ini dilaksanakan.

Pemegang saham perusahaan, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) telah berkomitmen untuk menyerap saham baru yang diterbitkan tersebut. Jika seluruh saham tidak terserap, PT BRI Danareksa Sekuritas yang terafiliasi dengan bank ini akan menyerap sebanyak-banyaknya 150.831.244 saham yang tidak terjual.

Dana hasil aksi korporasi ini akan digunakan untuk penguatan permodalan terutama sebagai modal kerja dalam rangka penyaluran dana berbentuk kredit berbasis digital.

Jadwalnya, tanggal terakhir perdagangan saham dengan HMETD (cum right) akan jatuh pada 26 November 2021 untuk pasar reguler dan negosiasi, sedangkan untuk pasar tunai akan jatih pada 30 November 2021.

Tanggal pencatatan (recording date) untuk memperoleh HMETD pada 30 November 2021 untuk pasar reguler dan negosiasi, sedangkan untuk pasar tunai pada 1 Desember 2021.

Saham baru yang diterbitkan ini akan mulai diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2 Desember 2021.

Untuk diketahui, perusahaan mencatatkan kerugian senilai Rp 1,83 triliun hingga akhir kuartal III-2021. Nilai ini berbanding terbalik dengan laba bersih yang dikantongi perusahaan di periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 25,40 miliar.

Perusahaan mencatatkan kenaikan pendapatan bunga bersih senilai Rp 656,67 miliar pada akhir September 2021 lalu, naik dari Rp 462,97 miliar di akhir kuartal ketiga 2020.

Penyebab kerugian ini salah satunya adalah kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) senilai Rp 2,29 triliun dari sebelumnya hanya Rp 231,96 miliar.


(mon/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Bank Ini Sukses Transformasi Digital Tanpa Korbankan Laba'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular