
Bursa Asia Dibuka Hijau, tapi Waspada Nikkei Ambles

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia dibuka di zona hijau pada perdagangan Senin (22/11/2021), di mana investor pada hari ini menanti rilis pengumuman suku bunga acuan kredit China terbaru pada periode November 2021
Indeks Hang Seng Hong Kong dibuka naik 0,14%, Shanghai Composite China menguat 0,21%, Straits Times Singapura bertambah 0,24%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,34%.
Sedangkan indeks Nikkei Jepang dibuka melemah 0,51% pada perdagangan pagi hari ini.
Bank sentral China akan mengumumkan suku bunga acuan kredit terbarunya pada hari ini pukul 09:30 waktu setempat atau pukul 08:30 WIB, di mana pasar memprediksi bank sentral China tetap akan mempertahankan suku bunga acuan kreditnya.
Di lain sisi, investor di Asia juga akan memantau saham perusahaan teknologi China, yakni Alibaba, Baidu dan JD.com yang terdaftar di bursa saham Hong Kong, setelah ketiganya termasuk di antara perusahaan yang didenda oleh regulator pasar China karena diduga melanggar undang-undang anti-monopoli.
Pergerakan bursa saham Asia pada hari ini cenderung berlawanan dengan pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS) yang secara mayoritas ditutup terkoreksi pada perdagangan Jumat (19/11/2021) akhir pekan lalu, karena investor kembali khawatir dengan peningkatan kasus virus corona (Covid-19) di Eropa yang turut membebani pasar global.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) merosot 0,75% ke level 35.601,98 dan S&P 500 melemah 0,14% ke level 4.697,95. Namun, saham-saham teknologi masih berhasil finish di zona hijau dan membuat indeks Nasdaq Composite ditutup menguat 0,4% ke level 16.057,44.
Data ritel AS yang memuaskan dan juga didorong oleh data tenaga kerja yang terus membaik masih membuat selera investor terhadap aset-aset berisiko belum pudar, meskipun dari sisi inflasi juga masih terus dipantau karena dikhawatirkan bakal terus meningkat ke depan.
Hanya saja kabar buruk dari Eropa terkait dari kenaikan kasus Covid-19 kembali menghantui pasar keuangan global.
Dari Eropa, kasus Covid-19 melonjak puluhan kali lipat dan membuat pemerintah di berbagai negara kembali mengambil tindakan tegas.
Austria menjadi sorotan dunia setelah memilih kembali mengimplementasikan karantina wilayah (lockdown) berskala nasional. Sementara itu Jerman memilih untuk membatasi mobilitas masyarakat yang belum divaksinasi.
Kecemasan akan kembalinya lockdown berskala global juga merembet ke pasar komoditas. Harga kontrak berjangka (futures) minyak mentah pun ambrol ke level di bawah US$ 80/barel.
Untuk kontrak Brent sendiri ditutup di US$ 78,89/barel, setelah melemah 3,85% sepekan. Sedangkan untuk kontrak West Texas Intermediate (WTI) jatuh lebih dalam dengan koreksi sebesar 5,91% ke level US$ 76,1/barel.
Lockdown yang ditakutkan akan membuat permintaan terhadap bahan bakar kembali ambles walaupun belakangan ini permintaan terbukti menguat.
Ekonomi yang juga pulih dengan cepat bisa kembali jatuh ke jurang resesi yang membuat aset-aset berisiko seperti saham kembali ambles apalagi saat ini secara valuasi sudah bisa terbilang mahal. Risiko inilah yang patut diwaspadai oleh pelaku pasar dalam waktu dekat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
