Nasdaq Cetak Rekor Saat Wall Street 'Dihantui' Lonjakan Covid

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
20 November 2021 07:45
In this photo provided by the New York Stock Exchange, trader Americo Brunetti works on the floor, Thursday, March 25, 2021. Stocks are wobbling in afternoon trading Thursday as a slide in technology companies is being offset by gains for banks as bond yields stabilize.(Courtney Crow/New York Stock Exchange via AP)
Foto: AP/Courtney Crow

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, ditutup beragam pada Jumat (19/11/2021) waktu setempat di tengah kekhawatiran atas peningkatan kasus Covid-19 yang turut membebani pasar global.

Melansir Refinitiv, indeks Dow Jones melemah 0,75% menjadi 35.601,980. Dengan ini, dalam sepekan Dow Jones turun 1,38%.

Kemudian, indeks S&P 600 juga melorot 0,14%, tetapi dalam seminggu masih naik 0,32%.

Berbeda dengan kedua indeks di atas, indeks yang sarat saham teknologi, Nasdaq Composite menguat 0,40% dan untuk pertama kalinya ditutup di atas level 16.000, tepatnya 16.057,44. Ia ditopang oleh melesatnya saham teknologi. Alhasil, dalam seminggu indeks Nasdaq menguat 1,24%.

Melansir Reuters (19/11), penurunan indeks Dow Jones dan S&P 500 pada Jumat disebabkan oleh saham perbankan, energi, dan maskapai penerbangan yang merosot di tengah kekhawatiran bahwa negara-negara Eropa, yang berjuang melawan lonjakan kembali kasus Covid-19, dapat mengikuti langkah Austria yang kembali menetapkan kebijakan penguncian penuh (full national lockdown).

Sebelumnya, Jerman juga menerapkan pembatasan baru bagi orang yang belum divaksinasi. Hal itu seiring adanya gelombang keempat Covid-19 yang membuat kasus harian di negara tersebut menyentuh rekor tertinggi.

Saham perbankan turun 1,6%, mengikuti penurunan imbal hasil treasury seiring langkah investor membeli obligasi yang aman (safe haven). Indeks energi S&P ambles 3,9%, menjadi sektor dengan kinerja terburuk, di tengah harga minyak mentah turun karena adanya implikasi permintaan.

Maskapai penerbangan termasuk Delta Air Lines, United Airlines dan American Airlines, semuanya turun antara 0,6% dan 2,8%.

"Ini adalah waktu yang normal untuk mengambil risiko. Dan dalam kasus ini, ada begitu banyak likuiditas sehingga pasar tidak turun--hanya orang-orang yang mengambil risiko dengan pergi ke tempat yang aman," kata Jay Hatfield selaku kepala eksekutif Infrastructure Capital Management di New York kepada Reuters, dikutip CNBC Indonesia, Sabtu (20/11).

Penurunan imbal hasil dan permintaan safe haven mendukung saham teknologi utama, yang pada gilirannya mengangkat Nasdaq (.IXIC).

Kemudian, saham pembuat chip Nvidia Corp melesat 4,1% ke penutupan tertinggi ketiga berturut-turut, dan indeks semikonduktor Philadelphia juga naik 0,3%, mencapai rekor penutupan tertinggi.

Saham Lowe's Companies (LOW.N) terangkat 0,9% ke rekor penutupan ketiga berturut-turut setelah melaporkan hasil kuartal ketiga pada hari Rabu. Kemudian, saham Etsy Inc (ETSY.O), yang membukukan pendapatan awal bulan ini, mencapai rekor penutupan yang sama setelah ditutup naik 1,4%.

"Dari pendapatan Q3 (kuartal III 2021), salah satu tren yang kami lihat adalah kekuatan besar konsumen AS," kata Jessica Bemer selaku manajer portofolio di Easterly Investment Partners.

"Kita telah mendengar sepanjang minggu ini dari perusahaan pengecer berbicara tentang konsumen yang kembali ke toko, menikmati pengalaman berbelanja dan bersiap-siap untuk liburan. Hal tersebut masuk akal tetapi itu benar-benar divalidasi selama musim pendapatan," imbuhnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular