Kontrak Futures Indeks Bursa AS Bergerak Variatif

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
19 November 2021 20:36
In this photo provided by the New York Stock Exchange, trader Americo Brunetti works on the floor, Thursday, March 25, 2021. Stocks are wobbling in afternoon trading Thursday as a slide in technology companies is being offset by gains for banks as bond yields stabilize.(Courtney Crow/New York Stock Exchange via AP)
Foto: AP/Courtney Crow

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa saham Amerika Serikat (AS) cenderung variatif pada perdagangan Jumat (19/11/2021), meski saham sektor teknologi menguat.

Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 202 poin (-0,5%) dari nilai wajarnya. Kontrak serupa indeks S&P 500 surut 0,2% sedangkan Nasdaq menguat tipis sebesar 0,4%.

Pasar diterpa kekhawatiran setelah Austria mengumumkan karantina wilayah (lockdown) secara nasional menyusul kenaikan kasus Covid-19. Jerman pada Kamis mengumumkan pembatasan aktivitas masyarakat yang belum divaksin menyusul munculnya gelombang keempat.

Saham NVIDIA melanjutkan reli dengan penguatan sebesar 1,8% berkat momentum laba bersih pekan ini. Sebaliknya, saham teknologi melemah mengikuti harga minyak dengan koreksi West Texas Intermediate (WTI) sebesar 2,5%.

Sepanjang pekan ini, indeks Dow Jones turun 0,6%, berpeluang mencetak koreksi pekan kedua secara berurutan. Indeks S&P 500 dan Nasdaq cenderung menguat dalam sepekan ini, masing-masing sebesar 0,5% dan 0,8%.

Indeks S&P 500 saat ini berpeluang mencetak reli mingguan yang keenam dan hanya terpaut 0,3% dari rekor tertingginya yang baru. Lebih dari 90% emiten konstituen indeks S&P 500 telah merilis kinerja keuangan kuartal III-2021, dan lebih dari 80% mencetak laba bersih di atas ekspektasi, menurut data Refinitiv, dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 41,5%.

"Dengan klaim tunjangan pengangguran berkisar di level terendah sebelum pandemi, pertanyaannya sekarang adalah apakah momentum itu akan berlanjut - baik dalam hal pemulihan ekonomi maupun kebangkitan pasar," tutur Mike Loewengart, Direktur Pelaksana Strategi Investasi E-Trade Financial seperti dikutip CNBC International.

Investor juga memantau siapa yang berpeluang menjadi pemimpin bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) karena Presiden AS Joe Biden diprediksi bakal mengumumkan nama kandidatnya akhir pekan ini.

Sebagian pelaku pasar memperkirakan The Fed akan lebih dovish (pro kebijakan moneter longgar) jika Lael Brainard terpilih, ketimbang Jerome Powell. Artinya, pengetatan suku bunga acuan atau kebijakan moneter ketat belum akan diimplementasikan dalam waktu dekat.

Di Washington, DPR AS berupaya meloloskan paket ekonomi Build Back Better senilai US$ 1,75 triliun. Senat direncanakan akan membahas pengesahan tersebut setelah berakhirnya masa reses liburan Thanksgiving.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Abaikan Shutdown, Dow Futures Menguat 94 Poin

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular