Pagi-pagi Asing Sudah Borong Saham, IHSG Dibuka HIjau

Putra, CNBC Indonesia
19 November 2021 09:20
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021).  Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,23% ke level 6.651,78 pada awal perdagangan hari ini, Jumat (19/11/2021).

IHSG lanjut menguat dengan apresiasi 0,61% ke level 6.679,22 pada 09.16 WIB. Asing yang kemarin berjualan saham kini kembali mengkoleksi saham RI dengan net buy sebesar Rp 169 miliar di awal perdagangan.

Saham duo BUMN PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi yang paling banyak dikoleksi asing dengan net buy sebesar Rp 68 miliar dan Rp 52 miliar.

Sementara itu saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menjadi dua saham yang paling banyak dilepas asing dengan net sell sebesar Rp 10,6 miliar dan Rp 5,2 miliar.

Bursa saham AS (Wall Street) bervariasi pada perdagangan Kamis waktu setempat. Pergerakan tersebut menunjukkan masih ada beberapa kecemasan di benak pelaku pasar.

Indeks Dow Jones mengakhiri perdagangan Kamis dengan melemah 0,17% ke 35.870,95, sementara S&P 500 dan Nasdaq masing-masing menguat 0,34% dan 0,45% ke 4.704,54 dan 15.993,71.

Wall Street belum mampu kompak menguat artinya sentimen pelaku pasar masih belum terlalu bagus. Hal ini tentunya berisiko membuat bursa saham Asia kembali terkoreksi, begitu juga dengan IHSG.

Inflasi tinggi yang melanda berbagai negara memberikan dampak negatif ke aset-aset berisiko.

Kenaikan inflasi juga disoroti Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebagai salah satu ancaman yang dihadapi Indonesia.

"Kita paham ada tantangan yang kita waspadai," ujar Sri Mulyani usai menyampaikan hasil sidang kabinet paripurna yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi), Rabu (17/11/2021)

"Untuk Indonesia harga di produsen mengalami kenaikan 7,3%. Kalau di Eropa kenaikan 16,3%, China 13,5%, dan di AS 8,6%, Korea Selatan 7,5%," jelasnya.

Dari inflasi tingkat produsen ini bisa merambat ke konsumen, sehingga bisa menggerus daya beli.

Sentimen negatif bagi aset-aset berisiko juga datang dari kenaikan kasus Covid-19 di Eropa. Jerman, raksasa ekonomi Benua Biru kembali mengalami serangan virus corona gelombang ke-4. Bahkan kemarin mencatat penambah kasus sebanyak 64.029 orang, tertinggi sepanjang pandemi. Jumlah tersebut naik nyaris 10 kali lipat ketimbang satu bulan lalu saat penambahan kasus masih di bawah 7.000 orang per hari.

Kenaikan kasus Covid-19 di Eropa tersebut membuat Indonesia juga waspada, apalagi menjelang Natal dan Tahun Baru yang bisa memicu lonjakan kasus lagi. Presiden Jokowi sudah berulang kali mengingatkan agar tetap waspada dengan kemungkinan lonjakan kasus Covid-19 berkaca dari negara-negara lainnya.

Pemerintah rencananya akan menerapkan aturan PPKM level 3, 24 Desember hingga 2 Januari. Ini akan berlaku di seluruh wilayah Indonesia, baik yang sudah berstatus PPKM level 1 maupun 2.

Pemerintah yang berhati-hati menjelang Natal dan Tahun Baru, tentunya membuat para investor berhati-hati masuk ke pasar saham.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Dibuka Hijau, IHSG Sempat Sentuh Rekor Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular