Xi Jinping Sakti! Batu Bara Nyerah, Harga Menciut 33%

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 November 2021 06:10
Bongkar muat batu bara di China. (REUTERS/ALY SONG)
Foto: Bongkar muat batu bara di China. (REUTERS/ALY SONG)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara bergerak naik dalam beberapa hari terakhir. Koreksi tajam yang terjadi sebelumnya membuat si batu batu hitam kembali diminati.

Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 157,1/ton. Melesat 3,36% dari posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Dengan demikian, harga batu bara berhasil naik selama tiga hari beruntun. Selama tiga hari tersebut, kenaikannya mencapai 7,79%.

Akan tetapi, sangat mungkin kenaikan ini adalah technical rebound semata. Maklum, sebelumnya harga batu bara sempat turun selama lima hari beruntun. Dalam sebulan terakhir, harga pun masih anjlok 33,15% secara point-to-point.

Oleh karena itu, bisa jadi investor hanya memanfaatkan momentum harga yang sedang murah. Harga batu bara yang sudah korting besar-besaran membuatnya kembali 'seksi' di mata pelaku pasar.

Salah satu penyebab koreksi harga batu bara akhir-akhir ini adalah perkembangan di China. Pemerintah China di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping terus berupaya menekan harga batu bara. Ini dilakukan agar tidak membebani industri, terutama yang padat energi.

"Pemerintah China melakukan intervensi. Beberapa penambang menawarkan batu bara mulut tambang 5.500 kcal/kg seharga CNY 900/ton. Turun jauh dibandingkan puncaknya yang seharga CNY 2.545/ton," sebut Toby Hassall, Analis Refinitiv, dalam risetnya.

Pemerintah China, lanjut Hassall, juga tengah mempertimbangkan pembatasan (cap) harga batu bara domestik di CNY 1.100/ton untuk batu bara termal 5.500 kcal/kg. Turun 57% dibandingkan harga puncaknya.

Selain itu, pemerintahan Kamerad Xi juga memerintahkan produsen untuk menggenjot produksi agar harga lebih terkendali. Hasilnya, stok batu bara di Pelabuhan Qinhuangdao pada pekan yang berakhir 11 November 2021 naik 7,6% dari pekan sebelumnya menjadi 5,66 juta ton. Dibandingkan posisi terendah pada 17 Juli 2021, stok sudah naik 56,4%.

"Ini terjadi seiring arahan pemerintah untuk menaikkan produksi. Komite Reformasi dan Pembangunan Nasional China (NDRC) dan Badan Energi Nasional China (NEA) menerbitkan izin untuk menghidupkan kembali tambang batu bara yang sudah tidak beroperasi, izin menambah produksi, ekspansi wilayah pertambangan, sampai mengirim tim ke lapangan untuk memonitor kepatuhan dunia usaha," terang Hassall.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular