
Diberi "Nafas" Sehari, Dolar Singapura Merosot Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Rabu kemarin dolar Singapura sukses menguat melawan rupiah sekaligus mengakhiri pelemahan dalam 7 hari beruntun. Namun, pada perdagangan hari ini, Kamis (18/11) dolar Singapura kembali melemah. Dolar Singapura hanya diberi "bernafas" sehari oleh rupiah sebelum ditekan lagi.
Malansir data Refinitiv, hingga sore ini dolar Singapura melemah 0,25% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Pelemahan tersebut sekaligus membalikkan penguatan 0,23% kemarin.
Dolar Singapura kemarin berhasil menguat setelah rilis data ekspor non-minyak mentah (NODX).
Data dari pemerintah Singapura yang dirilis pagi ini menunjukkan ekspor non-minyak domestik melesat 17,9% di bulan Oktober dari periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).
Pertumbuhan tersebut menjadi yang tertinggi sejak Oktober 2017, dan lebih tinggi dari hasil polling Reuters yang memprediksi kenaikan 15%.
Sementara jika dilihat dari bulan September, NODX mengalami kenaikan 4,2%, jauh lebih tinggi dari prediksi 0,4% saja.
Singapura merupakan negara yang mengandalkan ekspor guna memutar roda perekonomiannya. Rasio ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura lebih dari 100%. Sehingga kenaikan ekspor tentunya akan mendorong kenaikan PDB.
Sementara pada hari ini, perhatian tertuju ke Bank Indonesia (BI) yang mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG). Sesuai dengan prediksi, BI mempertahankan suku bunga acuannya.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 November 2021 memutuskan untuk mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers usai RDG, Kamis (18/11/2021).
BI 7 Day Reverse Repo Rate tidak berubah sejak Maret 2021. Artinya, suku bunga acuan sudah ditahan selama sembilan bulan beruntun. Suku bunga acuan di 3,5% adalah yang terendah sepanjang sejarah Indonesia merdeka.
BI juga memperkirakan nilai tukar rupiah punya ruang untuk terus menguat. Soalnya, mata uang Ibu Pertiwi punya fundamental yang kokoh.
"Secara fundamental, semua faktor mendukung pergerakan nilai tukar rupiah yang stabil bahkan apresiasi. Satu, defisit transaksi berjalan tetap rendah. Dua prospek ekonomi yang membaik. Tiga perbedaan yield (imbal hasil) Surat Berharga Negara dan US Treasury Bonds tetap menarik," papar Perry.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!
