
Jadi Korban "Asal Bapak Senang", Lira Turki Jeblok Lagi!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kemerosotan nilai tukar lira Turki masih terus berlanjut, bahkan tidak henti-hentinya mencatat rekor terlemah sepanjang sejarah. Penyebabnya, kebijakan yang anti mainstream bank sentral Turki (TCMB) yang mengikuti kemauan Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Melansir data Refinitiv, pada perdagangan Kamis (18/11) lira hari ini jeblok melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga nyaris menyentuh 11/US$, tepatnya di 10,97/US$ yang menjadi level terlemah sepanjang sejarah. Pada pukul 10:47 WIB, lira berada di kisaran 10,89/US$, merosot 2,72% dibandingkan penutupan perdagangan Rabu kemarin.
Sepanjang pekan ini, lira jeblok lebih dari 9%. Sementara jika dilihat sejak akhir 2020, sudah ambrol lebih dari 46%. Lira saat ini menjadi mata uang terburuk di dunia.
Asal muasal ambrolnya lira dari dicopotnya Gubernur TMCB, Naci Agbal, oleh Erdogan pada bulan Maret lalu tanpa ada alasan. Pasar melihat pemecatan tersebut dilakukan akibat Agbal yang agresif menaikkan suku bunga.
Di bawah era Agbal, nilai tukar lira Turki sangat perkasa. Sebelumnya, lira sudah berada di rekor terlemah sepanjang sejarah pada November tahun lalu, ketika Agbal mulai menaikkan suku bunga perlahan lira bangkit, hingga mencatat penguatan 24% dari rekor terendah.
Lira Turki juga menjadi mata uang terbaik di dunia awal tahun ini. Sejak akhir 2020 hingga 18 Februari lalu lira membukukan penguatan 6,6% melawan dolar AS.
Semua berubah ketika Sahap Kavcioglu ditunjuk sebagai gubernur TCMB menggantikan Agbal. Ia punya latar belakang bankir dan anggota parlemen dari Partai Keadilan dan Pembangunan Turki (AK Parti) yang dipimpin oleh Erdogan.
Kebijakannya berbalik 180 derajat, Kavcioglu justru agresif memangkas suku bunga padahal inflasi di Turki sangat tinggi. Alhasil, kurs lira terpuruk.
Selama menjabat gubernur TCMB, Kavcioglu sudah memangkas suku bunga sebesar 300 basis poin menjadi 16%, sementara inflasi di Turki saat ini nyaris mencapai 20%.
Tekanan bagi lira semakin besar setelah hasil polling Reuters terhadap para ekonom menunjukkan suku bunga akan kembali dipangkas sebesar 100 basis poin menjadi 15%.
Bank sentral biasanya akan menaikkan suku bunga ketika inflasi tinggi. Tetapi TCMB malah mengambil kebijakan sebaliknya. Hal ini tidak lepas dari sikap Erdogan yang anti terhadap suku bunga tinggi. Ia berpandangan suku bunga tinggi adalah "biangnya setan".
Jika gubernur TCMB memilik pandangan yang berbeda, akan berujung pada pemecatan, seperti yang dialami Naci Agbal.
Bahkan, pada bulan September lalu deputi gubernur Ugur Namik Kucuk, menjadi satu-satunya dari 7 komite pembuat kebijakan yang menolak menurunkan suku bunga. Tidak berselang lama ia dicopot dari jabatannya.
"Kucuk satu-satunya yang menolak menurunkan suku bunga, jadi ini (pemecatan) menyedihkan bagi dia, dan bagi negara," kata salah satu bankir di Istanbul yang dikutip Financial Times. Kamis (14/10).
Siapapun yang menjabat di TCMB harus sejalan dengan pandangan Erdogan, jika tidak akan berujung pemecatan. Jadi "asal bapak senang" posisi pun aman, meski lira yang jadi korban.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sakti Mandraguna! "Sabda" Erdogan Bikin Kurs Lira Meroket 20%