Jiaravanon is Back, CPRO Bangkit dari Kubur

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
18 November 2021 11:25
CP Prima
Foto: CP Prima

Jakarta, CNBC Indonesia - Konglomerat asal Thailand, keluarga Jiaravanon resmi menjadi pengendali baru perusahaan pakan budidaya perikanan dan makanan olahan, PT Central Proteina Prima Tbk (CPRO) setelah mengambilalih 45,27% dari total seluruh saham perseroan.

PT Central Pangan Prima melakukan transaksi pembelian sebanyak 26.898.933.014 saham. Rinciannya, sebanyak 26.751.939.186 saham dibeli dengan harga pelaksanaan Rp 50 per saham atau setara Rp 1,33 triliun.

Sedangkan, sebanyak 146.993.828 saham lainnya dibeli dengan harga pelaksanaan Rp 5 per saham atau Rp 734,96 juta. Dengan demikian, dari transaksi ini, PT Central Pangan Prima merogoh dana sebesar Rp 1,338 triliun.

"Tujuan dari pembelian saham tersebut adalah investasi dengan status kepemilikan langsung," kata Direktur Utama PT Central Pangan Prima, Hardian Purawimala Widjonarko, Rabu (17/11/2021).

Sebelum transaksi ini, saham CPRO dikendalikan oleh keluarga Jiaravanon dengan kepemilikan 6,18% melalui Benjamin Jiaravanon. Benjamin juga pernah menjabat sebagai Direktur Eksekutif di CP Pokphand Co Ltd dan President-Strategic Planning Group di CPIN.

Pemegang saham pengendali lainnya adalah PT Surya Hidup Satwa 6,48%, dan Snow Lion Investment Limited dengan kepemilikan 9,06% dan Leedon Capital Limited 18,10%. Selanjutnya, UOB Kay Hian Hong Kong dengan kepemilikan 22,71%, UOB Kay Hian Pte Ltd 13,02% dan pemegang saham publik 24,54%.

Keluarga Jiaravanon adalah pemilik dari perusahaan pakan ternak dan udang PT Charoen Phokpand Tbk (CPIN) dan PT BISI International Tbk (BISI). Perubahan pengendali ini merupakan konsolidasi kepemilikan saham yang dimiliki keluarga Jiaravanon di CPRO melalui PT Central Pangan Prima.

Seperti diketahui, Charoen Pokphand Group dimiliki oleh empat bersaudara, yakni yaitu Jaran Chiaravanon, Montri Jiaravanon, Sumet Jiaravanon, dan Dhanin Chearavanont.

CP Group menaungi berbagai lini bisnis, selain sektor pertanian dan makanan, perusahaan juga memiliki bisnis ritel, telekomunikasi, e-commerce, properti, otomotif, farmasi dan keuangan. Selain itu, perusahaan juga berinvestasi di 21 negara, termasuk di Indonesia. Gurita bisnis keluarga konglomerat itu bermula dari usaha yang dirintis oleh sang ayah, Chia Ek Chor, pada 1921 silam.

Sementara itu, berdasarkan laporan keuangan CPRO yang berakhir 30 September 2021, CPRO membukukan penjualan sebesar Rp 6 triliun dengan laba bersih Rp 2,12 triliun. Laba operasional perseroan sebesar Rp 570,85 miliar.

Total aset perseroan mencapai Rp 6,67 triliun yang terdiri dari liabilitas Rp 3,84 triliun dan ekuitas Rp 2,82 triliun.

Pada perdagangan Kamis ini, terpantau harga saham CPRO bergerak melemah 3,06% ke level Rp 95 per saham. Sejak awal tahun, saham perseroan sudah menguat 90% dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 5,72 triliun.

Sebelumnya, dalam kurun waktu empat tahun terakhir, saham CPRO diperdagangkan jauh bawah harga IPO-nya, yakni Rp 50 per saham. Perusahaan ini melantai di pasar modal pada 2006 silam dengan harga IPO Rp 110 per saham.

CP Prima sempat mengalami masalah pada 2010 karena gagal bayar (default) bunga kupon surat utang. Penyebab default adalah serangan virus sehingga kinerja keuangan terganggu. Perseroan melalui anak usahanya, Blue Ocean Resources Ltd, menerbitkan obligasi sebesar US$ 325 juta pada 2007 dan akan jatuh tempo tahun 2012.

Sejak itu, kondisi keuangan CP Prima terus memburu dan otoritas bursa sempat menghentikan perdagangan saham CPRO.


(sys/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 3 Tahun Jadi Saham Tidur, CPRO Tiba-tiba 'Ngamuk'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular