
Kenalkan Djonny Saksono, Pemilik Perusahaan Rokok Lintingan

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat perokok tertinggi di dunia serta salah satu produsen tembakau utama. Saat ini kapitalisasi pasar dari empat emiten rokok yang melantai di Indonesia berkisar Rp 180 triliun, turun nyaris 30% dari setahun yang nilainya mencapai Rp 255 triliun.
Meski didominasi oleh duopoli HM Sampoerna (HMSP) dan Gudang Garam (GGRM), ada satu emiten rokok kecil yang fokus memproduksi tembakau iris dalam kemasan (tembakau linting) atau dalam istilah internasional dikenal sebagai roll your own tobacco product. Emiten milik Djonny Saksono tersebut adalah PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC).
ITIC resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 4 Juli 2019 setelah melepas 29,13% kepemilikan saham kepada publik di harga Rp 219 per saham dan berhasil mengumpulkan dana IPO Rp 60,02 miliar.
Hingga September tahun ini Djonny Saksono tercatat sebagai pemegang saham utama dan pemegang saham pengendali ITIC dengan kepemilikan 63,85%.
Djonny merupakan warga negara Indonesia, yang lahir di Surabaya pada tanggal 13 Januari 1965 yang memperoleh gelar Bachelor of Science of Finance dari Marshall Business School, University of Southern California, Los Angeles, Amerika Serikat tahun 1988.
Awal mula pendirian ITIC dapat ditelusuri hingga tahun 1980-an ketika Chandra Saksono, ayah dari Djonny, memulai usahanya membuat tembakau linting, dengan konsep industri rumahan dan produknya dijual di toko-toko di area Surabaya. Selanjutnya pusat produksi berpindah ke Malang, setelah terjadi kebakaran gudang di Surabaya tahun 1979.
Perlahan produk tersebut mulai dipasarkan di wilayah lain di dalam negeri hingga Djonny mulai masuk ke usaha ini dan membantu pemasaran melakukan banyak pembenahan manajemen usaha yang membuat perusahaan mampu mengekspor produknya ke negara tetangga yakni Singapura dan Malaysia.
Saat ini selain kedua negara tetangga tersebut, laman resmi web perusahaan menyebutkan bahwa produk ITIC juga telah diekspor ke Jepang.
Selain sebagai pemegang saham mayoritas dan pengendali di ITIC, Djonny diketahui menjabat sebagai presiden direktur di perusahaan tersebut, dengan istrinya Shirley Suwantinna merupakan komisaris utama perusahaan.
Hingga akhir kuartal ketiga 2021, berdasarkan laporan keuangan interim perusahaan, ITIC mencatatkan kenaikan pendapatan tipis, meningkat 0,3% menjadi Rp 174,48 miliar. Sedangkan laba bersih perusahaan tumbuh 16% menjadi Rp 15,77 miliar.
Pada penutupan perdagangan sesi pertama Rabu (17/11) di pasar modal, saham ITIC tercatat terkoreksi 0,62% ke level Rp 318 per saham dengan kapitalisasi pasar Rp 299,15 miliar. Kapitalisasi pasar tersebut tidak mencapai 1% dari total kapitalisasi pasar gabungan empat emiten rokok yang melantai di bursa.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Amsyong! Usai Rilis Lapkeu, Saham Emiten Rokok Nyungsep Semua