Sengit! Ini Klaster-klaster Baru 'Raksasa' Digital RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan besar teknologi di Indonesia masih berpotensi tumbuh secara anorganik dengan melakukan merger maupun akuisisi untuk melengkapi ekosistem bisnisnya.
Klaster raksasa digital ini terungkap dalam publikasi riset PT Syailendra Capital bertajuk Syailendra Market Insight. Sebanyak lima perusahaan besar itu antara lain, GoTo, Sea Group, Grab, Emtek, dan Grup Djarum.
Lima grup ini terus melengkapi ekosistem bisnis digital sebagai new economy yang terdiri dari enam lini bisnis utama, yakni e-commerce, financial, streaming, logistik, food delivery dan fresh product.
Keberadaan mereka dinilai bisa menjadi pesaing bagi emiten kakap di pasar modal tanah air.
Dari kelima grup tersebut, hanya GoTo grup yang sudah memenuhi semuanya. Misalnya, untuk e-commerce mereka memiliki PT Tokopedia, PT Bank Jago Tbk (ARTO) di bisnis finansial.
Lalu ada Go-Play di bisnis streaming, Go-Send dan Anteraja untuk logistik, Go-Food di bisnis pengantaran makanan dan Hypermart, yang dikelola emiten Grup Lippo, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPAA), untuk fresh product.
Sementara itu, Grup Djarum tercatat sudah memiliki Blibli, Blu yakni platform bank digital milik PT Bank Digital BCA, Mola TV di bisnis streaming dan Ranch Market di bisnis fresh product setelah mengakuisisi perusahaan pengelolanya, PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC).
Perkembangan terbaru, Grup Djarum, melalui PT Global Digital Niaga (GDN) bakal melangsungkan penawaran tender wajib (tender offer) setelah perseroan mengakuisisi perusahaan pengelola RANC tersebut.
Berdasarkan prospektus yang disampaikan, penawaran tender wajib dilakukan atas saham-saham RANC yang dimiliki oleh pemegang saham yang berhak dengan jumlah sebanyak-banyaknya 766.598.872 saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham atau seluruhnya sekitar Rp 49% dari modal ditempatkan dan disetor penuh RANC.
"Harga penawaran tender wajib adalah sebesar Rp 2.550 per saham dan oleh karenanya nilai penawaran tender wajib adalah sebanyak-banyaknya sebesar Rp 1.954.827.123.600," tulis prospektus tersebut, Senin (15/11/2021).
Meski hampir memiliki seluruh ekosistem bisnis digital, Grup Djarum masih memiliki gap di bisnis logistik dan food delivery.
Lainnya, Sea Group asal Singapura, saat ini sudah memiliki Shopee, PT Seabank Indonesia, Shopee Express dan Shopee Food. Mereka belum memiliki bisnis streaming dan fresh product.
Menurut Bachtiar Arief Nugroho, Head of Digital Business Unit PT Syailendra Capital, salah satu perusahaan manajer investasi yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tren adanya ekosistem ini pula yang membuat banyak platform digital investasi yang berlomba untuk menjadi super apps.
Aplikasi yang di dalamnya ada seluruh kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat terutama kaum milenial.
"Kita tahu banyak yang berlomba-lomba menjadi super apps. Ya kalau bisa kebutuhan semua org itu ada di satu aplikasi. Tinggal satu kali klik, orang bisa berinvestasi, berbelanja, menabung, membeli asuransi dan sebagainya," ujarnya dalam program InvesTime CNBC Indonesia, belum lama ini.
Namun, ia menyebutkan, menjadi super apps itu tidak mudah dan tidak bisa cepat. Oleh karenanya, salah satu caranya untuk menjadi super apps adalah platform investasi perlu bekerjasama dengan e-commerce atau marketplace.
"Jadi menurut saya perlu dan itu harus (kolaborasi dengan marketplace). Kolaborasi akan mempercepat agar aplikasi bisa memenuhi semua kebutuhannya. Misalnya Tokopedia, dia ada produk kita di sana. Kalau ngga ada kolaborasi user Tokopedia tidak bisa berinvestasi. Sekarang user Tokopedia bisa berinvestasi di kita hanya dalam satu aplikasi itu saja," jelasnya.
NEXT: Masih Ada Ekosistem Grup Lainnya
(tas/tas)