Review

Sengit! Ini Klaster-klaster Baru 'Raksasa' Digital RI

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
16 November 2021 06:32
Ilustrasi Gojek, Shoppe, Grab.
Foto: Ilustrasi Gojek, Shoppe, Grab.

Di sisi lain, Grab dari Singapura juga tengah menciptakan ekosistemnya. Saat ini mereka sudah ditopang memiliki OVO, Grab Express, dan Grab Food. Namun mereka masih memiliki gap di bisnis e-commerce, streaming dan fresh product.

Sementara itu, Emtek Grup (PT Elang Mahkota Teknologi Tbk/EMTK) juga terus gencar berinvestasi di bisnis digital.

Saat ini Grup Emtek menjadi pemegang saham terbesar di PT Bukalapak Tbk (BUKA), DANA di bisnis finansial dan dompet digital, dan Vidio untuk bisnis streaming. Namun, masih ada gap di bisnis logistik, pengantaran makanan dan fresh produt.

Bertambah lagi mereka juga sudah punya rumah sakit PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME), pengelola Omni Hospitals, dan PT Kedoya Adyaraya Tbk (RSGK), pengelola RS Grha Kedoya, yang baru diakuisisi. 

Awal November ini, Corporate Secretary Emtek, Titi Maria Rusli, bahkan mengungkapkan Emtek akan punya lini baru yakni via perusahaan yang didirikan oleh publik figur Raffi Ahmad, RANS Entertaintment.

Emtek akan berinvestasi di perusahaan tersebut. Berdasarkan penjelasan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Titi Maria Rusli, mengatakan Emtek akan berinvestasi melalui entitas anak, PT Indonesia Entertainment Grup, anak usaha dari PT Surya Citra Media Tbk (SCMA).

Rencana investasi akan dilakukan melalui penyetoran untuk penerbitan saham baru kepada RANS Enterntainment sebesar Rp 248 miliar secara bertahap untuk kepemilikan saham berkisar 17% pada RANS Entertainment. Transaksi ini bukan transaksi material dan tidak memenuhi batasan nilai berdasarkan POJK No.17 Tahun 2020.

Selain Grab dan Emtek, konglomerasi CT Corp milik pengusaha nasional Chairul Tanjung juga ikut bagian menciptakan ekosistem bisnis digital.

Perusahaan sudah mengakuisisi bank digital, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI), yang sebelumnya bernama PT Bank Harda Internasional Tbk, bank kecil asal Bandung. Akuisisi ini resmi rampung pada 15 Maret 2021.

Mega Corpora mengambilalih saham Bank Harda yang dimiliki PT Hakimputra Perkasa sebanyak 3.084.461.000 saham atau sebesar 73,71% dari modal ditempatkan dan disetor penuh BBHI melalui transaksi pada pasar negosiasi di Bursa Efek.

Harga pengambilalihan oleh Mega Corpora saat itu sebesar Rp149,36 per saham, sehingga total harga pengambilalihan sebesar Rp460,70 miliar.

Selain bank digital, CT Corp saat ini sudah mempunyai lini bisnis fresh product Transmart dan di sektor keuangan PT Bank Mega Tbk (MEGA).

Ke depan, tren merger maupun akuisisi untuk menciptakan ekosistem masih terbuka. "Hal ini menjadi peluang bagi investor mengingat kinerja saham yang meningkat signifikan apabila akuisisi dilakukan terhadap perusahaan publik," tulis riset tim Syailendra.

Sebelumnya, Managing Partner IndoGen Capital, Chandra Firmanto, menambahkan ramainya penciptaan ekosistem yang diwarnai dengan akuisisi adalah wajar lantaran besarnya potensi investasi di Indonesia bagi investor asing.

"Kalau kita bicara potensi di industri, dan pengembangan sampai mana, itu Indonesia sangat seksi, saat ini terlihat sektor yang ramai dimanfaatkan orang yakni konsumer, makanya kita bicara konsumer,habis itu ride-hailing, dan digital banking. Inilah yang lagi dibangun oleh para startup unicorn ini," katanya.

Dia mengatakan memang terlihat mapping persaingan dari digital banking yang tengah dituju para unicorn ini.

Misalnya ekosistem yang ingin diciptakan oleh GoTo bersama Bank Jago, lalu Grup Emtek bersama Bukalapak dan Grab, kemudian PT Bank Seabank Indonesia yang disokong oleh Sea Ltd, investor Shopee.

Belum lagi ditambah dengan kehadiran Akulaku di Bank NeoCommerce (BBYB), Kredivo di PT Bank Bisnis International Tbk(BBSI), dan potensi grup lainnya yang tengah bersiap-siap masuk.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular