Sayonara Yen! Semua karena Ekonomi Jepang Loyo
Jakarta, CNBC Indonesia - Kontraksi yang dialami perekonomian Jepang di kuartal III-2021 lebih dalam dari perkiraan para analis. Alhasil, nilai tukar yen Jepang kembali melemah melawan rupiah, tetapi menguat tipis berhadapan dengan dolar AS.
Melansir data dari Refinitiv, pada perdagangan Senin (15/11) pagi, yen melemah 0,33% ke Rp 124,77/JPY, sementara melawan dolar AS justru menguat meksi tipis kurang dari 0,1% di 113,74/US$. Yen saat ini masih berada di dekat level terlemah dalam 4 tahun terakhir.
Posisi yen melawan rupiah sebenarnya sudah lebih baik ketimbang bulan lalu. Pada 20 Oktober, yen menyentuh Rp 122,67/JPY, yang merupakan level terlemah sejak 21 Feberuari 2020, atau sebelum pandemi penyakit virus corona (Covid-19) melanda dunia.
Jepang kembali mengalami lonjakan kasus (Covid-19) di kuartal III-2021, bahkan menjadi yang terparah sepanjang pandemi. Alhasil pembatasan sosial kembali diketatkan, sehingga perekonomiannya kembali berkontraksi. Tetapi kontraksinya ternyata jauh lebih dalam dari prediksi.
Data dari Cabinet Office Jepang menunjukkan produk domestik bruto (PDB) mengalami kontraksi (tumbuh negatif) 0,8% dari kuartal II-2021 (quarter-to-quarter/QtQ). Sementara pada periode kuartalan yang disetahunkan, kontraksi diperkirakan sebesar 3%.
Rilis tersebut jauh di bawah hasil polling Reuters menunjukkan PDB mengalami kontraksi 0,2% QtQ, dan, minus 0,8% periode kuartalan yang disetahunkan.
"Kontraksi jauh lebih besar dari yang diperkirakan karena kendala rantai pasokan, yang memukul output dan belanja modal dengan keras," kata Kepala Ekonom Norinchukin Research Institute, Takeshi Minami, dikutip Reuters.
Belanja modal pada kuartal III-2021 dilaporkan turun hingga 3,8%, sementara konsumsi minus 1,1%.
Pertumbuhan ekonomi Jepang diperkirakan akan rebound di kuartal IV-2021 meski akan berjalan lambat, sebab pembatasan sosial sudah dilonggarkan sejak September.
"Kami memperkirakan ekonomi akan rebound pada kuartal ini tetapi laju pemulihan akan lambat karena konsumsi tidak dimulai dengan baik bahkan setelah pembatasan Covid-19 dilonggarkan pada akhir September," tambahnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)