
Benarkah Batu Bara 'Si Emas Hitam' Bakalan Binasa?

Sentimen kedua adalah hasil konferensi PBB untuk iklim di Glasgow (Skotlandia). Perdebatan keras terjadi kala harus membuat keputusan soal nasib batu bara.
Awalnya, disepakati menghapuskan secara berkala (phase out) pembangkit listrik bertenaga batu bara. Namun negara-negara berkembang seperti China dan India menolak, melakukan lobi, dan berhasil mengganti frasa phase out menjadi phase down (mengurangi secara bertahap).
'Revisi ini mencerminkan kepentingan nasional kami dan negara-negara berkembang lainnya. Kami menjadi suara negara-negara berkembang. Kami berupaya membuat kesepakatan yang masuk akal bagi negara berkembang dan sesuai dengan isu iklim," tegas Bhupender Yadav, Menteri Lingkungan dan Iklim India, sebagaimana diwartakan Reuters.
Bagaimana pun, sepertinya cepat atau lambat batu bara memang harus pergi. Para aktivis lingkungan menilai kesepakatan COP26 adalah gelas yang setengah penuh, bukan setengah kosong.
"Mereka boleh mengubah frasa, tetapi tidak mengubah sinyal bahwa era batu bara akan selesai. Jika Anda adalah pimpinan perusahaan batu bara, maka COP26 adalah hasil yang buruk," kata Jennifer Morgan, Direktur Eksekutif Greenpeace, juga dikutip dari Reuters.
So, layak untuk disimak bagaimana hasil konferensi di Glasgow terhadap pasar, terutama batu bara. Kebetulan harga batu bara sedang ambles, minus empat minggu berturut-turut.
Apakah COP26 akan membawa 'huru-hara' di pasar batu bara? Apakah harga bakal anjlok lagi? Bagaimana nasib saham emiten batu bara di Bursa Efek Indonesia?
Kita tunggu jawabannya esok hari...
Halaman Selanjutnya --> Monitor Rilis Data Perdagangan dan Pengumuman Bunga Acuan
(aji/aji)