'Tersangka Penjagal' Batu Bara: Xi Jinping dan Vladimir Putin

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 November 2021 06:20
Presiden Rusia Vladimir Putin di acara KTT AS-Rusia, Villa La Grange di Jenewa, Swiss, Rabu (16/62021). (AP/Alexander Zemlianichenko)
Foto: Presiden Rusia Vladimir Putin di acara KTT AS-Rusia, Villa La Grange di Jenewa, Swiss, Rabu (16/62021). (AP/Alexander Zemlianichenko)

Kedua, dinamika di Rusia juga membuat harga batu bara anjlok. Rusia akhirnya mengalirkan pasokan ke pipa yang menuju negara-negara Benua Biru.

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan Negeri Beruang Merah bakal memasok gas alam ke negara-negara Eropa yang tengah dilanda krisis energi. Namun hingga awal pekan ini, janji Putin belum terealisasi.

Akhir pekan lalu, akhirnya janji itu ditepati. Rusia mulai memompa gas melalui jalur pipa di Yamal (Siberia). Jaringan ini tersambung hingga ke Jerman.

Dmitry Marinchenko, Direktur Senior Fitch Ratings, menyebut Gazprom (perusahaan gas milik pemerintah Rusia) harus memompa 170 juta kubuk meter per hari selama sebulan penuh untuk mengisi tempat penyimpnanan gas di negara-negara Eropa. Ini adalah tugas yang berat.

"Untuk menampung peningkatan kapasitas yang besar ini, Gazprom harus memesan tempat transit tambahan melalui Ukraina. Nord Stream dan Yamal tidak akan cukup," kata Marinchenko, sebagaimana diwartakan Reuters.

Pasokan gas yang kembali lancar di Eropa membuat batu bara menjadi kurang menarik. Sebelumnya batu bara menjadi buruan karena gas alam yang langka, dan kalaupun ada harganya selangit.

Kini dengan pasokan gas alam yang mulai pulih, insentif untuk menggunakan batu bara menjadi berkurang. Prospek batu bara yang suram ini membuat harga bergerak ke selatan alias turun.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular