Pelan Tapi Pasti, Rupiah Akhirnya Menguat Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 November 2021 15:40
Dollar
Foto: Seorang karyawan menghitung uang kertas dolar AS di kantor penukaran mata uang di Jakarta, Indonesia 23 Oktober 2018. Gambar diambil 23 Oktober 2018. REUTERS / Beawiharta

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak pekan lalu, rupiah mendapat tekanan bertubi-tubi dari dolar Amerika Serikat (AS). Meski demikian, pelan-pelan akhirnya bisa lepas dari tekanan dan kembali menguat pada perdagangan Jumat (12/11).

Rupiah membuka perdagangan dengan menguat tipis 0,04% di Rp 14.255/US$. Sempat melemah dengan persentase yang sama, rupiah kemudian kembali menguat hingga 0,21% ke Rp 14.230/US$.

Sayangnya, laju penguatan rupiah terhenti di situ, penguatan rupiah kemudian terpangkas. Di penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 14.233/US$ atau menguat 0,19% di pasar spot.

Penguatan hari ini menjadi yang pertama setelah melemah tipis-tipis dalam 2 hari beruntun.

Pada pekan lalu, tekanan bagi rupiah datang dari bank sentral AS (The Fed) yang resmi mengumumkan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) mulai bulan ini.

Meski tidak memicu gejolak seperti tahun 2013, pengumuman tapering tersebut tetap membuat rupiah melemah dalam batas wajar.

Mata uang Garuda akhirnya mampu lepas dari tekanan tapering sejak Jumat lalu, dan berlanjut menguat tajam 2 hari beruntun di awal pekan ini.

Sayangnya laju penguatan rupiah tersebut harus terhenti setelah rilis data inflasi AS yang berada di level tertinggi dalam lebih dari 3 dekade terakhir.

Departemen Tenaga Kerja AS pada Rabu lalu melaporkan CPI bulan Oktober melesat 6,2% year-on-year (YoY), menjadi kenaikan terbesar sejak Desember 1990. Sementara inflasi CPI inti yang tidak memasukkan sektor makanan dan energi dalam perhitungan tumbuh 4,6%, lebih tinggi dari ekspektasi 4% dan tertinggi sejak Agustus 1991.

Tingginya inflasi di AS tersebut membuat yield obligasi AS (Treasury) tenor melesat 13 basis poin. Kenaikan yield tersebut merupakan respon pelaku pasar yang mengantisipasi kemungkinan bank sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga lebih cepat guna meredam inflasi.

Berdasarkan perangkat FedWatch miliki CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 43,2% The Fed akan menaikkan suku bunga 25 basis poin menjadi 0,25% - 0,5% pada bulan Juli tahun depan.

Selain itu di akhir 2022, pasar melihat ada probabilitas sebesar 31,4% suku bunga berada di 0,75%-1%.

Artinya, pasca rilis data inflasi tersebut, pasar melihat The Fed berpeluang menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali di tahun depan. Alhasil rupiah melemah tipis-tipis 2 hari beruntun, sebelum menguat hari ini.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Fundamental Dalam Negeri Mendukung Rupiah

Di sisi lain, harapan bangkitnya perekonomian Indonesia di kuartal IV-2021 membuat kinerja rupiah masih terjaga.

IHS Markit pada Senin pekan lalu melaporkan aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) di Indonesia pada Oktober 2021 adalah 57,2. Melesat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 52,2. Angka indeks tersebut menjadi catatan tertinggi sepanjang sejarah.

Sektor manufaktur Indonesia berkontribusi sekitar 20% terhadap produk domestik bruto (PDB). Sehingga ekspansi sektor manufaktur yang meningkat tajam ditambah dengan konsumen yang semakin pede, tentunya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi yang melambat di kuartal III-2021.

Kemudian awal pekan ini Bank Indonesia pada Senin (8/11/2021) mengumumkan Survei Konsumen periode Oktober 2021 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi terus menguat sejalan dengan membaiknya mobilitas masyarakat. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Oktober 2021 yang tercatat sebesar 113,4, meningkat dari 95,5 pada September 2021.

IKK menggunakan angka 100 sebagai titik awal. Kalau sudah di atas 100, maka artinya konsumen sudah optimistis.

Ketika konsumen kembali pede menatap perekonomian, maka kemungkinan besar akan meningkatkan konsumsi yang akan memutar roda perekonomian.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular