
Pelan Tapi Pasti, Rupiah Akhirnya Menguat Lagi

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Sejak pekan lalu, rupiah mendapat tekanan bertubi-tubi dari dolar Amerika Serikat (AS). Meski demikian, pelan-pelan akhirnya bisa lepas dari tekanan dan kembali menguat pada perdagangan Jumat (12/11).
Rupiah membuka perdagangan dengan menguat tipis 0,04% di Rp 14.255/US$. Sempat melemah dengan persentase yang sama, rupiah kemudian kembali menguat hingga 0,21% ke Rp 14.230/US$.
Sayangnya, laju penguatan rupiah terhenti di situ, penguatan rupiah kemudian terpangkas. Di penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 14.233/US$ atau menguat 0,19% di pasar spot.
Penguatan hari ini menjadi yang pertama setelah melemah tipis-tipis dalam 2 hari beruntun.
Pada pekan lalu, tekanan bagi rupiah datang dari bank sentral AS (The Fed) yang resmi mengumumkan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) mulai bulan ini.
Meski tidak memicu gejolak seperti tahun 2013, pengumuman tapering tersebut tetap membuat rupiah melemah dalam batas wajar.
Mata uang Garuda akhirnya mampu lepas dari tekanan tapering sejak Jumat lalu, dan berlanjut menguat tajam 2 hari beruntun di awal pekan ini.
Sayangnya laju penguatan rupiah tersebut harus terhenti setelah rilis data inflasi AS yang berada di level tertinggi dalam lebih dari 3 dekade terakhir.
Departemen Tenaga Kerja AS pada Rabu lalu melaporkan CPI bulan Oktober melesat 6,2% year-on-year (YoY), menjadi kenaikan terbesar sejak Desember 1990. Sementara inflasi CPI inti yang tidak memasukkan sektor makanan dan energi dalam perhitungan tumbuh 4,6%, lebih tinggi dari ekspektasi 4% dan tertinggi sejak Agustus 1991.
Tingginya inflasi di AS tersebut membuat yield obligasi AS (Treasury) tenor melesat 13 basis poin. Kenaikan yield tersebut merupakan respon pelaku pasar yang mengantisipasi kemungkinan bank sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga lebih cepat guna meredam inflasi.
Berdasarkan perangkat FedWatch miliki CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 43,2% The Fed akan menaikkan suku bunga 25 basis poin menjadi 0,25% - 0,5% pada bulan Juli tahun depan.
Selain itu di akhir 2022, pasar melihat ada probabilitas sebesar 31,4% suku bunga berada di 0,75%-1%.
Artinya, pasca rilis data inflasi tersebut, pasar melihat The Fed berpeluang menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali di tahun depan. Alhasil rupiah melemah tipis-tipis 2 hari beruntun, sebelum menguat hari ini.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Fundamental Dalam Negeri Mendukung Rupiah
