Tak Diberi Nafas! Dolar Australia 7 Hari Turun Lawan Rupiah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 November 2021 13:25
Australian dollars are seen in an illustration photo February 8, 2018. REUTERS/Daniel Munoz
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak pekan lalu, dolar Australia terus terpuruk melawan rupiah. Mata uang Negeri Kanguru kini menuju pelemahan dalam dalam 7 hari beruntun pada perdagangan Jumat (12/11). Jika melihat sedikit lebih ke belakang, dolar Australia melemah dalam 8 dari 9 perdagangan terakhir.

Pada pukul 12:41 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.378,11, dolar Australia melemah 0,18% di pasar spot. Sementara jika melihat sejak awal pekan lalu, nilainya sudah jeblok sekitar 3,2%. Penurunan yang cukup tajam dalam waktu singkat.

Terpuruknya dolar Australia tidak lepas dari sikap super dovish bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA) saat mengumumkan kebijakan moneter Selasa (2/11). Saat itu RBA mengumumkan menghentikan program yield curve control (YCC), yang mempertahankan imbal hasil (yield) obligasi tenor 3 tahun di kisaran 0,1%.

Kebijakan tersebut ditanggapi sebagai sinyal kenaikan suku bunga tahun depan. Tetapi RBA membantah hal tersebut.

"Data dan proyeksi terbaru tidak menjamin kenaikan suku bunga di tahun 2022. Dewan gubernur masih bersabar," kata Gubernur RBA Philip Lowe, saat pengumuman kebijakan moneter, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (2/11).

Kondisi dolar Australia semakin memburuk setelah Biro Statistik Australia kemarin melaporkan tingkat pengangguran di bulan Oktober naik menjadi 5,2% di bulan Oktober dari bulan sebelumnya 4.6%. Tingkat pengangguran tersebut menjadi yang tertinggi dalam 6 bulan terakhir.

Selain itu, sepanjang bulan Oktober terjadi pengurangan tenaga kerja sebanyak 46.300 orang, sementara analis yang disurvei Reuters memperkirakan terjadi penyerapan tenaga kerja sebanyak 50.000 orang.

Rilis tersebut terbilang mengejutkan, sekaligus mempertegas sikap super dovish RBA pada pekan lalu.

Di sisi lain, harapan bangkitnya perekonomian Indonesia di kuartal IV-2021 membuat rupiah perkasa. IHS Markit pada Senin pekan lalu melaporkan aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) di Indonesia pada Oktober 2021 adalah 57,2. Melesat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 52,2. Angka indeks tersebut menjadi catatan tertinggi sepanjang sejarah.

Sektor manufaktur Indonesia berkontribusi sekitar 20% terhadap produk domestik bruto (PDB). Sehingga ekspansi sektor manufaktur yang meningkat tajam ditambah dengan konsumen yang semakin pede, tentunya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi yang melambat di kuartal III-2021.

Kemudian awal pekan ini Bank Indonesia pada Senin (8/11/2021) mengumumkan Survei Konsumen periode Oktober 2021 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi terus menguat sejalan dengan membaiknya mobilitas masyarakat. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Oktober 2021 yang tercatat sebesar 113,4, meningkat dari 95,5 pada September 2021.

IKK menggunakan angka 100 sebagai titik awal. Kalau sudah di atas 100, maka artinya konsumen sudah optimistis.

Ketika konsumen kembali pede menatap perekonomian, maka kemungkinan besar akan meningkatkan konsumsi yang akan memutar roda perekonomian.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular