IHSG Ditutup 'All Time High', Sempat Tembus 6.700!

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
11 November 2021 15:46
Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mempertahankan penguatannya pada perdagangan Kamis (11/11/2021), setelah sempat menyentuh zona merah pada perdagangan intraday hari ini.

Indeks bursa saham acuan nasional tersebut ditutup menguat 0,12% ke level 6.691,34, level all time high (ATH), mengalahkan rekor 3 tahun lalu, yakni 19 Februari 2018 di posisi 6.689,29.

Pada perdagangan awal sesi I hari ini, IHSG sempat dibuka di level tertinggi barunya yakni di 6.694,58. Tetapi selang beberapa menit, pergerakan IHSG cenderung volatil, bahkan sempat menyentuh zona merah pada sekitar pukul 10:00 WIB.

Indeks bergerak di rentang terendahnya di level 6.671,23 dan tertingginya di level 6.704,46 pada perdagangan intraday.

Data perdagangan mencatat nilai transaksi hari ini kembali turun menjadi Rp 10,7 triliun. Sebanyak 248 saham menguat, 271 saham melemah dan 154 lainnya mendatar. Investor asing tercatat kembali melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 277 miliar di pasar reguler.

Investor asing melakukan pembelian bersih di saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 141 miliar. Selain di saham BBRI, asing juga tercatat mengoleksi saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp 119 miliar.

Dari pergerakan sahamnya, saham BBRI ditutup stagnan di level harga Rp 4.250/unit, sedangkan saham BMRI berakhir melesat 1,05% ke level harga Rp 7.225/unit.

Sementara penjualan bersih dilakukan asing di saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp 122 miliar dan di saham PT Japfa Comfeed Tbk (JPFA) sebesar Rp 26 miliar.

Saham TLKM ditutup merosot 1,35% ke level Rp 3.650/unit, sedangkan saham JPFA ditutup melemah 0,9% ke level harga Rp 1.660/unit.

Sejatinya, sentimen pasar pada hari ini sedang kurang bagus. Semalam, bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street ditutup di zona merah setelah rilis data inflasi.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,66% ke level 36.079,94, S&P 500 merosot 0,82% ke posisi 4.646,71, dan Nasdaq Composite ambruk 1,66% menjadi 15.622,71.

Indeks harga konsumen (IHK) AS dilaporkan melesat 6,2% secara tahunan (year-on-year/yoy), atau lebih panas dari estimasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 5,9%.

Angka itu juga menjadi yang tertinggi sejak tahun 1990. Secara bulanan (month-on-month/mom), IHK melompat 0,9% atau di atas estimasi yang sebesar 0,6%.

Selain dari AS, pasar juga mengkhawatirkan akan inflasi terbaru di China, di mana pada perdagangan Rabu (10/11/2021) kemarin, inflasi periode Oktober dari sektor konsumen (IHK) dan sektor produsen (PPI) telah dirilis dan menunjukan kenaikan cukup signifikan.

Pemerintah China melaporkan IHK naik 1,5% secara tahunan (yoy) di bulan Oktober, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 0,7% yoy serta dibandingkan hasil polling Reuters terhadap para ekonom yang memprediksi 1,4% yoy.

Sedangkan, PPI China juga meroket 13,5% yoy, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 10,7%. PPI di bulan Oktober tersebut menjadi yang tertinggi dalam lebih dari 26 tahun terakhir.

Selain dari inflasi, kenaikan IHSG yang sudah lebih dari 1% sepanjang pekan ini juga membatasi IHSG untuk naik lebih lanjut. Bahkan ada momentum para trader mulai merealisasikan keuntungannya alias profit taking.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular