
Penantian 4 Tahun, IHSG Rekor ATH & Sempat Ambruk Saat Covid

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya memecahkan rekor 4 tahun, setelah sempat melonjak hingga menembus level 6.700 pada awal perdagangan hari ini, Kamis (11/11/2021).
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG dibuka menguat 0,17% ke level 6.694,58, sekaligus melampaui level tertinggi sepanjang sejarah yang terakhir dicapai pada 19 Februari 2018 di 6.689,29. Bahkan, selang 10 menit setelah pembukaan pasar, IHSG sempat menyentuh level 6.702.
Nilai transaksi pagi ini mencapai Rp 2,36 triliun dengan volume perdagangan 4,97 miliar saham. Investor asing mencatatkan beli bersih Rp 196,73 miliar di pasar reguler, tetapi melakukan jual bersih Rp 159,04 juta di pasar negosiasi dan tunai.
Sepanjang tahun ini, IHSG berhasil mencatatkan kinerja ciamik. Sejak awal tahun (year to date/ytd) indeks acuan nasional tersebut melonjak 11,83%. Asing pun melakukan beli bersih di pasar reguler hingga Rp 43,19 triliun secara ytd.
Setelah sempat menyentuh level 5.760 pada pertengahan Mei 2021, IHSG kemudian perlahan bangkit dan akhirnya melonjak tinggi sepanjang Oktober 2021.
Kenaikan sejak bulan lalu tersebut ditopang oleh reli kenaikan harga komoditas (seperti batu bara, minyak sawit), pelonggaran dan perbaikan aktivitas ekonomi di tengah melandainya kasus Covid-19 RI, proses vaksinasi, serta efek dari diborongnya saham-saham blue chip (unggulan)--terutama oleh investor asing.
Sempat 'Terjun Bebas' pada Tahun Lalu
Sebelum berhasil menemukan tajinya kembali saat ini, IHSG sempat mengalami masa gelap, yakni ketika anjlok sangat dalam sepanjang tahun lalu, tepatnya pada Maret 2020, seiring Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan virus corona sebagai pandemi.
Kala itu, IHSG yang mengawali 2020 di level 6.300, akhirnya meninggalkan level 6.000 pada akhir Januari hingga akhirnya terjun bebas hingga ke 3.937,63 pada 24 Maret 2020. Angka tersebut menjadi yang terendah setidaknya sejak 4 Juni 2012 ketika IHSG ditutup di 3.654,58.
Kecemasan akan perlambatan ekonomi global akibat wabah virus corona saat itu akhirnya membuat pelaku pasar melakukan aksi jual di bursa saham, dan masuk ke aset-aset yang dianggap aman (safe haven) seperti obligasi AS (Treasury) dan emas.
Akhirnya, krisis kesehatan pun berubah menjadi krisis ekonomi.
Menurut catatan CNBC Indonesia sebelumnya, aktivitas dan mobilitas penduduk yang berkurang drastis sama saja dengan menghentikan roda ekonomi. Produksi terhambat, permintaan pun seret. Ekonomi terpukul di dua sisi sekaligus, supply dan demand.
Dari sinilah pandemi virus corona yang awalnya adalah masalah kesehatan menjelma menjadi krisis sosial-ekonomi. Hantaman pandemi membuat ekonomi dunia rontok, jatuh ke 'jurang' resesi untuk kali pertama sejak Krisis Keuangan Global 2009.
Tidak hanya Indonesia, pada 23 Maret 2020, indeks S&P 500 di Wall Street, Amerika Serikat (AS), menyentuh titik terlemah sejak 2016.
Pihak regulator, termasuk BEI pun, mengambil tindakan untuk mencegah amblesnya IHSG terlalu dalam.
Sejak Maret 2020, untuk menahan penurunan bursa saham domestik, BEI menerbitkan berbagai relaksasi seperti pelarangan transaksi short selling, pemberlakukan kebijakan penghentian perdagangan sementara selama 30 menit (trading halt) bila IHSG turun 5% dalam sehari, perubahan batasan auto rejection hingga mekanisme pre-opening.
Adapun, perdagangan saham di bursa RI tercatat tujuh kali mengalami penghentian sementara perdagangan (trading halt) sejak Maret 2020. Pada tahun lalu, pertama kalinya IHSG ambrol hingga lebih dari 5% adalah pada 9 Maret 2020 atau sepekan setelah pengumumkan kasus Covid-19 pertama di RI.
Pada 9 Maret 2020, IHSG ditutup anjlok 6,58% ke posisi 5.136,81. Setelah itu, IHSG beberapa kali terjun.
Kemudian, pada 19 Maret 2020 IHSG ambles 5,20%, kemudian secara berturut-turut, pada 12 Maret 2020 (-5,01%), 10 September 2020 (-5,01%), 17 Maret 2020 (-4,99%), 23 Maret 2020 (-4,90%), dan 16 Maret 2020 (-4,42%).
Seiring dengan sejumlah kebijakan penanganan pandemi Covid-19 dan stimulus ekonomi yang diberikan pemerintah serta adanya sejumlah sentimen positif terutama di dalam ekonomi makro, IHSG perlahan keluar dari level terendah hingga akhirnya mengakhiri 2020 dengan ditutup di posisi 5.979,07.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham