Sempat Sentuh 6.700, Ini Saham yang Bantu IHSG Rekor ATH

Putra, CNBC Indonesia
11 November 2021 09:31
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021).  Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat dan tembus ke level All Time High (ATH) ketika dibuka naik tipis 0,17% level 6.694,58 bahkan sempat menembus level 6.700 pada awal perdagangan. Aksi beli investor asing yang diikuti dengan kenaikan harga saham big cap menjadi pendorong IHSG.

Hingga 09.24 WIB, IHSG terpantau naik 0,10% ke 6.689,94. Asing beli bersih sebesar Rp 175 miliar di pasar reguler.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi saham yang berjasa membawa IHSG ke level tertinggi setelah naik 1,18% dan mendorong indeks 6,1 poin.

Di posisi kedua terdapat nama PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang naik 1,83% dan mendorong indeks 3 poin, selanjutnya di posisi ketiga saham konsumer lain yakni PT H M Sampoerna Tbk (HMSP) yang naik 2% dan mendorong indeks 2,3 poin.

Terakhir PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) yang naik masing-masing 0,54% dan 4% dan menarik indeks 1,9 poin dan 1,8 poin.

Sementara itu duo big bank PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi dua saham pilihan asing pada perdagangan hari ini.

Saham BBRI diborong asing sebesar Rp 88,2 miliar dan menguat 0,94% ke Rp 4.290/unit. Sementara itu saham BBCA dibeli asing sebesar Rp 49,3 miliar dan harga sahamnya naik 0,65% tembus Rp 7.700/unit.

Kedua saham bank tersebut memiliki bobot indeks yang besar terhadap IHSG sehingga kenaikannya akan mengerek naik performa IHSG.

IHSG sukses menguat ke level ATH di saat sentimen global cenderung negatif setelah rilis data inflasi yang tetap tinggi di AS dan China.

Semalam Wall Street ditutup di zona merah setelah rilis data inflasi. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,66% ke level 36.079,94, S&P 500 merosot 0,82% ke posisi 4.646,71, dan Nasdaq Composite ambruk 1,66% menjadi 15.622,71.

Indeks harga konsumen (IHK) AS dilaporkan melesat 6,2% secara tahunan (year-on-year/yoy), atau lebih panas dari estimasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 5,9%.

Angka itu juga menjadi yang tertinggi sejak tahun 1990. Secara bulanan (month-on-month/mom), IHK melompat 0,9% atau di atas estimasi yang sebesar 0,6%.

Tak hanya IHK yang melonjak, inflasi dari sektor produsen (PPI) pun juga melonjak pada periode bulan lalu.PPI AS dilaporkan naik 0,6% secara bulanan, atau sesuai ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones.

Namun, indeks harga grosir per Oktober melesat 8,6% secara tahunan, menjadi rekor tertinggi dalam 11 tahun terakhir.

Selain dari AS, pasar juga mengkhawatirkan akan inflasi terbarudi China, di mana pada perdagangan kemarin inflasi periode Oktober dari sektor konsumen (IHK) dan sektor produsen (PPI) telah dirilis dan menunjukan kenaikan cukup signifikan.

Pemerintah China melaporkan IHK naik 1,5% secara tahunan (year-on-year/YoY) di bulan Oktober, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 0,7% YoY serta dibandingkan hasil pollingReutersterhadap para ekonom yang memprediksi 1,4% YoY.

Sedangkan PPI China juga meroket 13,5% YoY, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 10,7%. PPI di bulan Oktober tersebut menjadi yang tertinggi dalam lebih dari 26 tahun terakhir.

Ketika inflasi di produsen tinggi, maka ada risiko IHK juga akan melesat dalam beberapa bulan ke depan. Sebab, produsen kemungkinan besar akan menaikkan harga jual produknya.

Investor juga mengkhawatirkan dari risiko stagflasi yang menyerang Negeri Panda. Stagflasi adalah fenomena ekonomi di mana harga naik (inflasi tinggi), tetapi aktivitas bisnis mengalami stagnasi, yang menyebabkan tingginya pengangguran dan berkurangnya daya beli konsumen.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular