Waduh! Rencana IHSG Rekor Bisa Batal, Bursa Asia Merah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
11 November 2021 08:46
A man is reflected on an electronic board showing a graph analyzing recent change of Nikkei stock index outside a brokerage in Tokyo, Japan, January 7, 2019. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia kembali dibuka di zona merah pada perdagangan Kamis (11/11/2021), karena investor di Asia merespons negatif dari data inflasi Amerika Serikat (AS) periode Oktober yang tercatat melonjak.

Indeks Nikkei Jepang dibuka terkoreksi 0,19%, Hang Seng Hong Kong melemah 0,45%, Shanghai Composite China turun tipis 0,06%, Straits Times Singapura terdepresiasi 0,35%, dan KOSPI Korea Selatan merosot 0,83%.

Dari Jepang, data inflasi dari sektor produsen (producer price index/PPI) periode Oktober 2021 telah dirilis pada pagi hari ini.

Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) melaporkan PPI Negeri Sakura naik 1,2% pada Oktober secara bulanan (month-on-month/mom), sedangkan secara tahunan (year-on-year/yoy), PPI Jepang melonjak 8% pada Oktober.

Bursa Asia pada perdagangan hari ini cenderung mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Rabu (10/11/2021) kemarin waktu AS, karena investor merespons negatif dari data inflasi Amerika Serikat (AS) periode Oktober yang tercatat melonjak.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,66% ke level 36.079,94, S&P 500 merosot 0,82% ke posisi 4.646,71, dan Nasdaq Composite ambruk 1,66% menjadi 15.622,71.

Inflasi AS dari sektor konsumen (Indeks harga konsumen/IHK) dilaporkan melesat 6,2% secara tahunan (yoy), atau lebih panas dari estimasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 5,9%.

Angka itu juga menjadi yang tertinggi sejak tahun 1990. Secara bulanan (mom), IHK melompat 0,9% atau di atas estimasi yang sebesar 0,6%.

Sebelumnya, indeks harga produsen (producer price index/PPI) dilaporkan naik 0,6% secara bulanan, atau sesuai ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones. Namun, indeks harga grosir per Oktober melesat 8,6% secara tahunan, menjadi rekor tertinggi dalam 11 tahun terakhir.

Melonjaknya inflasi Negeri Paman Sam pada bulan lalu menyebabkan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (Treasury) kembali melonjak pada malam tadi. Yield Treasury bertenor 10 tahun yang sebelumnya berada di kisaran level 1,4% melonjak 11 basis poin (bp) ke kisaran level 1,5%.

Ketika yield Treasury melonjak, maka investor cenderung melepas saham teknologi yang sedang meninggi dan cenderung mengoleksi saham perbankan. Mereka juga mencari investasi alternatif lainnya yang dianggap sebagai aset lindung nilai (hedging), seperti emas dan bitcoin.

Alhasil, saham-saham teknologi di Asia kemungkinan akan ikut terkoreksi seperti halnya saham teknologi di AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular