Merpati, Eh Putin, Tak Ingkar Janji! Batu Bara Ambrol Lagi...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 November 2021 07:54
Tambang Batu Bara di India
Foto: Api muncul dari celah di tanah di atas tambang batu bara di desa Liloripathra dekat Dhanbad, sebuah kota di India timur di negara bagian Jharkhand, Jumat, 24 September 2021. (AP/Altaf Qadri)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara ambrol lagi. Perkembangan dari Rusia menjadi beban bagi laju harga si batu hitam.

Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 149,95/ton. Ambles 5,81% dibandingkan hari sebelumnya.

Batu bara tengah menjalani tren buruk setelah melonjak gila-gilaan. Tidak main-main, harga komoditas ini anjlok 41,77% dalam sebulan terakhir.

Meski begitu, kenaikan harga yang terjadi sebelumnya masih membuat batu bara masih positif tahun ini. Sejak akhir 2020 (year-to-date), harga batu bara masih naik 83,43%.

Halaman Selanjutnya --> Gas Rusia Masuk Eropa

Kali ini, dinamika di Eropa membuat batu bara tidak bisa apa-apa. Rusia akhirnya mengalirkan pasokan ke pipa yang menuju negara-negara Benua Biru.

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan Negeri Beruang Merah bakal memasok gas alam ke negara-negara Eropa yang tengah dilanda krisis energi. Namun hingga awal pekan ini, janji Putin belum terealisasi.

Hari ini akhirnya janti itu ditepati. Rusia mulai memompa gas melalui jalur pipa di Yamal (Siberia). Jaringan ini tersambung hingga ke Jerman.

Dmitry Marinchenko, Direktur Senior Fitch Ratings, menyebut Gazprom (perusahaan gas milik pemerintah Rusia) harus memompa 170 juta kubuk meter per hari selama sebulan penuh untuk mengisi tempat penyimpnanan gas di negara-negara Eropa. Ini adalah tugas yang berat.

"Untuk menampung peningkatan kapasitas yang besar ini, Gazprom harus memesan tempat transit tambahan melalui Ukraina. Nord Stream dan Yamal tidak akan cukup," kata Marinchenko, sebagaimana diwartakan Reuters.

Pasokan gas yang kembali lancar di Eropa membuat batu bara menjadi kurang menarik. Sebelumnya batu bara menjadi buruan karena gas alam yang langka, dan kalaupun ada harganya selangit.

Kini dengan pasokan gas alam yang mulai pulih, insentif untuk menggunakan batu bara menjadi berkurang. Prospek batu bara yang suram ini membuat harga bergerak ke selatan alias turun.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular