Stagflasi Bikin Waswas, Dolar Singapura Pukul Balik Rupiah!
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs dolar Singapura akhirnya menguat melawan rupiah setelah melemah dalam 3 hari beruntun. Isu stagflasi membuat rupiah pada perdagangan hari ini, Rabu (10/11) sedikit tertekan.
Melansir data Refinitiv, dolar Singapura hari ini sempat menguat 0,14% ke Rp 10.560,66/SG$ di pasar spot. Sebelumnya dalam 3 hari beruntun total dolar Singapura melemah 0,33%.
Isu stagflasi kembali mengemuka pada hari ini setelah China melaporkan data inflasi. Stagflasi merupakan stagnannya pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan inflasi yang tinggi.
Pemerintah China hari ini melaporkan inflasi yang dilihat dari consumer price index (CPI) naik 1,5% year-on-year (YoY) di bulan Oktober, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 0,7% YoY serta dibandingkan hasil polling Reuters terhadap para ekonom yang memprediksi 1,4% YoY.
Yang paling membuat cemas adalah inflasi dari sektor produsen (producer price index/PPI) yang meroket 13,5% YoY, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 10,7%. PPI di bulan Oktober tersebut menjadi yang tertinggi dalam lebih dari 26 tahun terakhir.
Ketika inflasi di produsen tinggi, maka ada risiko inflasi CPI juga akan melesat dalam beberapa bulan ke depan. Sebab, produsen kemungkinan besar akan menaikkan harga jual produknya.
"Kami khawatir inflasi di sektor produsen akan berdampak pada inflasi konsumen," kata Zhiwei Zhang, kepala ekonom di Pinpoint Asset Management, dalam sebuah catatan yang dikutip Reuters.
"Risiko terjadinya stagflasi terus meningkat" tambah Zhiwei.
Meski risiko stagflasi di Indonesia masih kecil, mengingat inflasi di Indonesia masih rendah, tetapi jika hal tersebut terjadi di China maka dampaknya akan terasa ke dalam negeri. Apalagi, Indonesia juga banyak mengimpor dari China.
Rupiah sebagai mata uang emerging market menjadi kurang menarik ketika ada masalah di perekonomian global.
Sementara Singapura juga mengalami inflasi yang tinggi. Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) meresponnya dengan mengetatkan kebijakan moneter pada pertengahan bulan lalu. Salah satu pejabatnya juga menyatakan MAS siap untuk mengetatkan lagi kebijakan moneternya guna mengendalikan inflasi.
Alhasil, sebelum melemah 3 hari beruntun, dolar Singapura sebenarnya terus menguat melawan rupiah sejak pertengahan Oktober lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)