Analisis Teknikal

Gagal Maning Pecah Rekor, IHSG Bisa Lanjut Longsor Sesi 2

Putra, CNBC Indonesia
10 November 2021 12:35
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021).  Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak galau di sepanjang perdagangan hari ini, Rabu (10/11/2021).

Hingga sesi I perdagangan berakhir pada 11.30 WIB, IHSG ditutup melemah sebesar 0,17% ke level 6.658,88. Pada sesi I, IHSG bergerak di rentang terendahnya 6.651,80 dan tertingginya 6.681,73.

Terpantau sebanyak 211 saham menguat, 273 melemah dan 175 stagnan. Nilai transaksi mencapai Rp 6,31 triliun dan asing net buy di pasar reguler sebesar Rp 154,22 miliar.

Untuk hari ini sentimen yang mewarnai perdagangan adalah adanya risiko stagflasi di AS dan China. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan indeks harga produsen (producer price index/PPI) AS pada bulan Oktober lalu naik 0,6% secara bulanan (month-on-month/mom).

Angka ini sejalan dengan perkiraan konsensus Dow Jones. Namun, Indeks harga grosir per Oktober melesat 8,6% secara tahunan, menjadi rekor tertinggi dalam 11 tahun terakhir.

Selain dari AS, data inflasi China pada Oktober 2021 juga akan dirilis pada hari ini. Ekonom dalam surveiReutersmemperkirakan inflasi Negeri Panda dari sisi harga konsumen (IHK) pada Oktober akan meningkat menjadi 1,4%.

Sementara inflasi dari sisi harga produsen (PPI) ekonomi memperkirakan akan mengalami kenaikan menjadi 12,4%.

Pasar saat ini khawatir bilamana China akan mengalami periode 'stagflasi'. Stagflasi adalah fenomena ekonomi di mana harga naik tetapi aktivitas bisnis mengalami stagnasi, yang menyebabkan tingginya pengangguran dan berkurangnya daya beli konsumen.

Sentimen yang kurang positif juga menjadi pendorong IHSG untuk melemah selain karena adanya potensi profit taking setelah penguatan yang cukup signifikan dalam dua hari terakhir.

Setelah ditutup melemah % di sesi I, bagaimana arah pergerakan IHSG di sesi II? Berikut ulasan teknikalnya.

Analisis Teknikal

TeknikalFoto: Putra
Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).

Jika melihat posisi penutupan IHSG, maka indeks harus melewati level resisten terdekatnya di 6.696 untuk membentuk tren bullish.

Sementara itu indeks harus melewati level support terdekatnya di level psikologis 6.628 untuk mengalami tren bearish.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 65,89 dan bergerak turun. Batang histogram indikator Moving Average Convergence Divergence (MACD) juga semakin mengecil. Hal ini menandakan bahwa IHSG berpeluang untuk lanjut koreksi di sesi II.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular