
Data Ekonomi Sebagus Apa pun, Kurs Dolar Australia Tetap Drop

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Australia sudah melemah 4 hari beruntun melawan rupiah hingga Selasa kemarin. Bahkan jika dilihat sejak Selasa lalu, dolar Australia hanya mampu menguat sekali saja, pelemahan masih berlanjut pada perdagangan hari ini, Rabu (10/11).
Pada pukul 10:13 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.495,96, dolar Australia melemah 0,06% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Kabar baik bagi Australia terus berdatangan di pekan ini. Westpac-Melbourne Institute hari ini melaporkan indeks keyakinan konsumen bulan November naik 0,6% dari bulan sebelumnya yang merosot 1,5%. Optimisme akan bangkitnya perekonomian membuat sentimen pelaku pasar membaik.
Bill Evans, Kepala Ekonom di Westpac mengatakan perubahan besar sentimen konsumen saat ini terjadi akibat ekspektasi tenaga kerja, menjadi yang tertinggi sejak pertengahan 1990.
Secara keseluruhan sentimen konsumen membaik setelah tingkat vaksinasi yang semakin besar dan dilonggarkannya pembatasan sosial di wilayah Sydney dan Melbourne.
Sementara itu, kemarin National Australia Bank (NAB) melaporkan indeks keyakinan bisnis melesat menjadi 21 di bulan Oktober dari sebelumnya 10, dan menjadi yang tertinggi sejak bulan April lalu.
"Tingkat keyakinan bisnis mulai naik di bulan September setelah rencana pembukaan kembali perekonomian diumumkan, dan kenaikan berlanjut di bulan Oktober sebab dunia usaha melihat tersebut mulai menjadi nyata," kata Anal Oster, kepala ekonomi di NAB.
Indeks kondisi bisnis NAB juga naik 6 poin menjadi 11, berada di aras rata-rata jangka panjang dan semua komponennya mulai bangkit.
Kenaikan tersebut dikatakan menunjukkan bukti aktivitas ekonomi rebound dengan cukup kuat.
Meski sentimen konsumen dan dunia usaha membaik, nyatanya dolar Australia masih terus turun melawan rupiah. Sebabnya. sikap super dovish bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) Selasa pekan lalu.
Meski inflasi di Australia sedang tinggi, dan perekonomian diperkirakan membaik. RBA masih menyatakan tidak akan menaikkan suku bunga di tahun depan.
"Data dan proyeksi terbaru tidak menjamin kenaikan suku bunga di tahun 2022. Dewan gubernur masih bersabar," kata Gubernur RBA Philip Lowe, saat pengumuman kebijakan moneter, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (2/11).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?
