Waduh..Saham Negara di Garuda Bisa Tergerus, Ini Pemicunya!
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyebutkan akan ada potensi tergerusnya (dilusi) kepemilikan saham negara di PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Hal ini sejalan dengan proses restrukturisasi seluruh kewajiban perusahaan kepada kreditornya.
Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan opsi kepemilikan investor baru kemungkinan akan diajukan oleh perusahaan dan kementerian saat restrukturisasi tersebut selesai.
Bahkan ada potensi saham negara atau pemerintah RI lewat Kementerian BUMN bisa tidak mayoritas lagi.
"Kami juga membuka opsi kalau restrukturisasi berhasil dan kewajiban turun untuk adanya pemegang saham baru. Nah ini kami mohon dukungan, apabila ada pemegang saham baru apakah diperbolehkan melakukan dilusi daripada kepemilikan [saham] pemerintah, bahkan mungkin pemerintah menjadi tidak mayoritas lagi di Garuda ke depannya," kata Kartika, dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (9/11/2021).
Sebagai informasi laporan keuangan Garuda per Juni 2021 mencatat saham seri A Dwiwarna 1 lembar dipegang Pemerintah RI. Adapun untuk saham seri B pemerintah memegang 60,54%, PT Trans Airways 28,26%, publik 11,19%, dan sisanya direksi dan komisaris.
Tiko, panggilan akrabnya menjelaskan, usai proses restrukturisasi yang akan dilakukan ini diperkirakan perusahaan juga akan membutuhkan dana mencapai US$ 1 miliar-US$ 1,4 miliar (Rp 14,2 triliun-Rp 19,88 triliun, asumsi kurs Rp 14.200/US$) dari pemegang sahamnya.
"Nah kemudian yang berikutnya kebutuhan total daripada Garuda pascanegosiasi itu, diperkirakan range-nya US$ 1 miliar-US$ 1,4 miliar. Tentunya kami belum berani mengajukan penambahan apapun ke pemerintah karena ini dana yang lama, kami belum mengajukan itu, ke DPR juga," imbuh mantan Dirut Bank Mandiri ini.
Untuk diketahui, dalam rapat tersebut Tiko menjabarkan bahwa Garuda telah menyelesaikan proposal restrukturisasi yang akan ditawarkan kepada para kreditornya.
Dengan adanya restrukturisasi ini, ditargetkan utang-utang Garuda bisa turun menjadi US$ 3,69 miliar atau Rp 52,39 triliun. Nilai ini turun signifikan dari total utang saat ini yang sebesar US$ 9,78 miliar atau Rp 138,88 triliun.
Tiko menjelaskan strategi penurunan utang ini telah dibagi dalam delapan kelompok dan dibeda-bedakan dalam bentuk restrukturisasi yang ditawarkan,
Skemanya mulai dari pengalihan utang menjadi saham (debt to equity swap), penerbitan zero coupon bond (obligasi tanpa kupon) hingga pemotongan bunga (haircut).
Targetnya, pengurangan jumlah utang bisa dilakukan kisaran 70%-85% untuk masing-masing kreditur. Namun masing-masing kreditur ini akan mendapatkan perlakuan yang berbeda-beda.
(tas/tas)