
Jurus Garuda Pangkas Utang Jadi Rp 52 T, Ada Opsi Swap Saham!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menargetkan total seluruh utang PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) bisa turun menjadi US$ 3,69 miliar atau setara dengan Rp 52,39 triliun (asumsi kurs Rp 14.200/US$).
Nilai ini turun signifikan dari total utang saat ini yang sebesar US$ 9,78 miliar atau Rp 138,88 triliun. Dari jumlah utang tersebut, utang lessor (penyewa pesawat) tercatat mencapai US$ 9 miliar atau setara Rp 128 triliun.
Sebab itu Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo, mengatakan pemerintah sebagai pemegang saham berkomitmen terus melakukan pembicaraan dengan para lessor untuk melakukan restrukturisasi, menurunkan kewajiban Garuda untuk lessor menjadi US$ 2,6 miliar atau setara dengan Rp 37 triliun.
Kartika mengatakan strategi penurunan utang ini telah dibagi dalam delapan kelompok dan dibeda-bedakan dalam bentuk restrukturisasi yang ditawarkan.
![]() Paparan Wamen BUMN Kartika 9 November 2021 |
Tahapannya, mulai dari pengalihan utang menjadi saham (debt to equity swap), penerbitan zero coupon bond (obligasi tanpa kupon) hingga pemotongan bunga (haircut).
"Kita negosiasi dengan seluruh leasing company dan seluruh kreditor, baik kreditor perbankan, pemegang sukuk, KIK-EBA [kontrak investasi kolektif] dan para vendor termasuk vendor BUMN seperti Pertamina, dan lain-lain," kata Tiko, panggilan akrabnya dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (9/11/2021).
Dalam bahan paparan yang disampaikan Tiko di rapat tersebut, targetnya akan dilakukan pengurangan jumlah utang kisaran 70%-85% untuk masing-masing kreditor.
Tiko menegaskan bahwa untuk masing-masing kreditor ini akan mendapatkan perlakuan yang berbeda-beda untuk setiap kreditornya.
Secara rinci, utang perusahaan dalam bentuk pajak dan gaji karyawan tidak akan dikurangi sama sekali, namun akan dibayarkan secara bertahap.
Selanjutnya untuk kreditur secured alias kredit dengan jaminan, akan diselesaikan melalui collateral settlement, namun tidak akan mengalami penurunan tingkat utang.
Utang yang tidak akan mengalami penurunan jumlah lainnya adalah utang dalam bentuk Obligasi Wajib Konversi (OWK) seluruhnya akan dikonversi menjadi ekuitas.
Selanjutnya untuk kreditor dari BUMN, yakni Bank Himbara (Himpunan Bank-bank Milik Negara), PT Pertamina, PT Airnav Indonesia dan PT Gapura Angkasa, penawaran yang diberikan adalah dengan mengajukan zero coupon bond dengan tenor selama 20 tahun.
Sedangkan untuk operator bandara, PT Angkasa Pura 1 dan 2 serta vendor usaha lainnya akan ditawarkan untuk zero coupon bond dan debt to equity swap di Garuda.
Bentuk restrukturisasi ini juga ditawarkan kepada utang dalam bentuk sukuk global dan KIK-EBA, serta pinjaman dari Lembaga Pembiayaan Ekspor-Impor (LPEI) dan bank-bank swasta.
Utang dalam bentuk tunggakan dan klaim kepada lessor, langkah penyelesaian yang ditawarkan adalah dengan hair cut dan penawaran ekuitas di Garuda. Hal yang sama juga ditawarkan kepada lessor yang pembelian pesawatnya dibatalkan.
Tiko menyebut, ke depan Garuda akan terus melakukan pengurangan jumlah armada pesawat.
"Ini pertama kita ingin kurangi jumlah pesawat, ada lessor yang dipaksa ambil pesawat, Bombardier, 777 sedang negosiasi untuk kurangi harga semurah mungkin. Dengan renegosiasi ini [diharapkan] bisa tekan nilai utang 40%-50%. Ada 32 lessor dan harus nego harus one-on-one. Ini banyak sekali, airline lain cuma 4-5 lessor," ungkapnya.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tok! Gugatan PKPU ke Garuda Indonesia Ditolak Pengadilan
