Omongan Putin Masih Pepesan Kosong, Harga Batu Bara Nanjak!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 November 2021 06:25
Pemerintah China menutup jalan raya dan sekolah di sejumlah kota karena polusi udara akibat asap batu bara pada Jumat (5/11). REUTERS/Jianan Yu
Foto: Pemerintah China menutup jalan raya dan sekolah di sejumlah kota karena polusi udara akibat asap batu bara pada Jumat (5/11). REUTERS/Jianan Yu

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara melesat pada perdagangan awal pekan ini. Koreksi tajam yang terjadi sebelumnya membuat harga si batu hitam sudah 'murah' sehingga kembali menarik di mata investor.

Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 164/ton. Melesat 6,77% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.

Sepanjang pekan lalu, harga batu bara terkoreksi 0,84% secara point-to-point. Sepekan sebelumnya, harga batu bara anjlok 18,9%.

Seminggu sebelumnya lagi, harga ambrol 20,86%. Jadi dalam tiga minggu harga batu bara jatuh 36,36%.

Penurunan harga yang teramat dalam ini membuat investor kembali melirik kontrak batu bara dan melakukan aksi borong. Hasilnya, harga batu bara mengalami technical rebound dan naik lumayan tinggi.

Halaman Selanjutnya --> Eropa Masih Kesulitan Gas

Dari sisi fundamental, kenaikan harga gas alam ikut mengerek harga batu bara. Harga gas alam kontrak futures di Belanda (yang menjadi acuan harga gas Eropa) periode Desember ada di EUR 78,3/MMBtu pada pukul 05:51 WIB. Melesat 5,95% dari hari sebelumnya.

Presiden Rusia Vladimir Putin sudah memerintahkan untuk menaikkan pasokan gas ke negara-negara Benua Biru untuk mengatasi krisis energi. Namun sejauh ini perintah itu belum teraksana.

Alexei Miller, CEO Gazprom, berkilah perintah Putin itu baru bisa dijalankan begitu pasokan domestik bisa diamankan terlebih dulu. Kini Gazprom sedang memupuk pasokan untuk kebutuhan dalam negeri, yang rencananya selesai pada 8 November 2021 waktu setempat. Target pemenuhan kebutuhan domestik adalah 72 miliar kubik meter gas.

Akan tetapi, sejauh ini Gazprom belum meminta izin untuk mengisi pipa gas di Ukraina, yang menyambung ke Eropa melalui Polandia. Kemarin, posisi pipa ini kosong melompong, nol.

"Anda harus bertanya ke Gazprom kalau soal operasional hari ke hari," ujar Dmitry Peskov, Juru Bicara Pemerintah Rusia, seperti dikutip dari Reuters.

Kelangkaan pasokan dan tingginya harga gas alam membuat pelaku usaha di Eropa masih beralih ke batu bara sebagai sumber energi primer pembangkit listrik. Apalagi biaya pembangkitan listrik denganbatu bara masih lebih murah ketimbang batu bara.

Pada 2 November 2021, rata-rata biaya pembangkitan listrik dengan gas alam di Eropa adalah EUR 65,62/MWh. Dengan batu bara, harganya hanya EUR 36,51/MWh.

Jadi jangan heran batu bara masih menjadi primadona. Sekeras apapun usaha untuk menyingkirkan batu bara akan percuma jika sumber energi yang bisa menggantikannya tidak tersedia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Kurang 'Vitamin', Harga Batu Bara Diramal Masih Lemah Lesu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular