Joss! Lepas dari Tekanan Tapering, Pagi-pagi Rupiah Melesat

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 November 2021 09:25
FILE PHOTO: U.S. dollar banknote is seen in this picture illustration taken May 3, 2018. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo
Foto: REUTERS/Dado Ruvic/Illustration

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah terpuruk 1,13% melawan dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan lalu. Bank sentral AS (The Fed) yang resmi mengumumkan tapering membuat rupiah tertekan.

Meski demikian, pelemahan tersebut masih dalam batas wajar, tidak ada gejolak berlebihan. Bahkan, rupiah sudah mampu bangkit sejak Jumat lalu, dan penguatan berlanjut pada hari ini, Senin (8/11).

Melansir data dari Refintiv, begitu perdagangan dibuka rupiah langsung menguat 0,17% ke Rp 14.300/US$. Penguatan sedikit terpangkas, rupiah berada di Rp 14.310/US$ atau menguat 0,1% pada pukul 9:07 WIB.

The Fed pada Kamis (4/11) dini hari waktu Indonesia mengumumkan akan melakukan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) mulai bulan ini. Nilainya sebesar US$ 15 miliar setiap bulannya. Jika dilihat nilai QE saat ini sebesar US$ 120 miliar, maka perlu waktu 8 bulan hingga menjadi nol atau QE berhenti.

Tidak seperti tahun 2013 yang membuat pasar bergejolak (taper tantrum), tapering The Fed kali ini justru disambut positif pelaku pasar. Bursa saham AS (Wall Street) bahkan terus mencetak rekor tertinggi, menjadi indikasi sentimen pelaku pasar cukup bagus.

Artinya, The Fed kali ini sukses meredam terjadinya taper tantrum, rupiah pun cukup stabil.

Selain itu, rupiah masih mampu menguat meski pada Jumat lalu data tenaga kerja AS dirilis impresif. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang bulan Oktober perekonomian AS mampu menyerap 531.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls) lebih banyak dari prediksi pasar 455.000 dan bulan sebelumnnya 312.000 orang.

Selain itu, tingkat pengangguran juga turun menjadi 4,6% dari sebelumnya 4,8%, juga lebih rendah dari prediksi 4,7%. Selain itu rata-rata upah perjam tercatat naik 0,4%, meski melambat dari bulan sebelumnya 0,6% tetapi masih sesuai ekspektasi pasar.

Data tenaga kerja tersebut merupakan salah satu acuan The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter.

Pekan lalu, The Fed memproyeksikan pasar tenaga kerja maksimum bisa tercapai pada pertengahan tahun depan. Ketika hal tersebut tercapai, maka langkah selanjutnya The Fed akan menaikkan suku bunga.

Dengan pasar tenaga kerja yang lebih bagus dari prediksi, spekulasi kenaikan suku bunga The Fed di semester II-2022 semakin menguat. Meski demikian, rupiah masih belum goyah, dan mampu menguat melawan dolar AS pagi ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular