
'Dibekingin' Shooting Star, Rupiah Hajar Dolar AS Pekan Ini?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) pada pekan lalu resmi mengumumkan tapering (pengurangan pembelian aset di pasar) mulai di bulan ini. Alhasil, nilai tukar rupiah melemah melawan dolar AS sebesar 1,13% ke Rp 14.325/US$ sepanjang pekan lalu.
Meski demikian, pelemahan rupiah terbilang masih wajar, tidak ada gejolak yang berlebihan. Artinya, tidak seperti tahun 2013 yang memicu taper tantrum, pengumuman tapering The Fed kali ini berjalan mulus.
Ekonom dari Trimegah Sekuritas, Fakhrul Fulvian, mengatakan isu tapering tidak penting lagi bagi aset-aset Indonesia. Yang paling penting saat ini dikatakan adalah stabilnya harga komoditas, dan memprediksi rupiah akan menguat di sisa tahun ini.
"Untuk aset-aset Indonesia, kami melihat tapering sudah tidak penting lagi. Stabilitas pasar komoditas menjadi yang paling penting saat ini, Kami mempertahankan proyeksi yield obligasi tenor 10 tahun akan mencapai 5,8% dan rupiah ke Rp 14.000/US$ di tahun ini," kata Fakhrul, Kamis (5/11).
Selain itu, rupiah masih punya modal untuk menguat, sebab pelaku pasar masih bullish terhadap rupiah. Hal itu terlihat dari survei 2 mingguan Reuters.
Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.
![]() |
Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.
Survei terbaru yang dirilis hari ini, Kamis (4/11/2021) menunjukkan angka untuk rupiah di -0,41, turun tajam dari 2 pekan lalu -1,12. Rupiah kala itu menjadi mata uang dengan posisi long paling besar dibandingkan 9 mata uang Asia lainnya. Meski menurun tajam, tetapi angkanya masih negatif, artinya pelaku pasar masih melihat peluang penguatan rupiah.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Pola Shooting Star Muncul, Rupiah Siap Bangkit
Rupiah yang disimbolkan USD/IDR pada pekan lalu gagal membentuk gelombang (wave) kelima pola Elliott Wave. Padahal wave kelima merupakan pola berlanjutnya tren penguatan.
Meski demikian, pergerakan rupiah di hari Jumat (5/11) membentuk pola Shooting Star. Pola ini merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset. Dalam hal ini dolar AS melemah dan rupiah yang menguat.
Selain itu indikator Stochastic pada grafik harian juga sudah berada di wilayah jenuh beli (overbought).
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Artinya, ketika USD/IDR mencapai overbought, maka kemungkinan akan berbalik turun, artinya rupiah berpeluang menguat di pekan ini.
Support terdekat berada di kisaran Rp 14.320/US$ - Rp 14.300/US$, jika mampu ditembus rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.250/US$. Support selanjutnya jika level tersebut juga dilewati adalah Rp 14.200/US$ hingga Rp 14.190/US$.
Sementara jika tertahan di atas Rp 14.300/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.390/US$ hingga Rp 14.400/US$. Penembusan ke atas level tersebut akan membawa rupiah melemah menuju Rp 14.500/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
