Suramnya Emiten Ritel Ponsel: Rugi, PKPU, Terancam Delisting!
Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 menyebabkan industri bisnis ritel ponsel (telepon selular) Tanah Air, terutama sepanjang tahun 2020 mengalami penurunan yang signifikan.
Hal ini disebabkan, banyak mall-mall yang harus tutup karena kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) secara nasional. Sedangkan, banyak peritel ponsel tanah air yang bertumpu pada penjualan di pusat perbelanjaan, belum lagi digempur penjualan via e-commerce.
Baru-baru ini, Grup Telkom melalui anak usahanya PT Telekomunikasi Selular atau Telkomsel memutuskan untuk menghentikan kontrak kerja sama dengan peritel ponsel, PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE).
Corporate Secretary TELE, Semuel Kurniawan menyampaikan, Grup Telkom menghentikan kontrak kerja sama dengan perseroan sejak tahun 2020 akibat dampak dari pandemi Covid-19 yang mengharuskan tutupnya pusat perbelanjaan di beberapa wilayah di ibu kota.
Ini menyebabkan terjadinya penurunan penjualan yang berdampak kepada pemasukan perseroan.
"Sejak tahun 2020, Telkomsel telah memutuskan untuk tidak lagi melanjutkan kerja sama dengan perseroan," kata Semuel, dalam penjelasannya kepada otoritas bursa, Rabu (3/11/2021).
Semuel mengungkapkan, saat ini perseroan masih menjalankan usaha yang masih ada, yakni distribusi pulsa melalui kerja sama agregator bank dan mitra modern channel.
Seperti diketahui, sejak 31 Desember 2019, perseroan membukukan negatif arus kas dari operasional. Hal ini juga berlanjut pada penurunan penjualan sampai dengan 30 September 2020.
Hal ini terjadi lantaran tiadanya pemasukan selama pandemi saat mall harus ditutup. Selain itu, pada tahun 2020, perseroan juga menyelesaikan kasus penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU).
Seperti diketahui, Grup Telkom saat ini menjadi pemegang saham TELE melalui anak usahanya, PT PINS Indonesia. Per 30 September 2021, PT PINS Indonesia mengantongi 24% saham TELE
Penurunan pendapatan juga turut dialami oleh emiten ritel ponsel lainnya, PT Global Teleshop Tbk (GLOB) yang kini berubah nama menjadi PT Globe Kita Terang Tbk ekuitasnya juga minus Rp 794,15 miliar pada periode 30 Juni 2021 dengan arus kas minus Rp 3,11 miliar.
Perusahaan juga mendiversifikasi bisnis dengan menjual bijih kopi. Tercatat, pada 30 Juni 2021 perseroan masih membukukan penurunan penjualan sebesar 17,97%.
Alhasil, dengan beban pokok pendapatan yang menurun menjadi Rp 16,10 miliar dari sebelumnya Rp 21,28 miliar, perusahaan mampu membukukan laba bersih senilai Rp 1,41 miliar dari rugi Rp 2,27 miliar.
Sementara itu, emiten ritel ponsel lainnya, PT Trikomsel Oke Tbk (TRIO) yang juga induk usaha dari GLOB, juga masih membukukan kerugian sebesar Rp 18,94 miliar pada 30 Juni 2021. Ekuitas perusahaan tercatat masih minus Rp 3,94 triliun dengan rasio utang terhadap ekuitas (DER) sebanyak 104,97%.
Perseroan juga berpotensi dihapus pencatatannya (delisting) oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) karena perdagangan sahamnya telah disuspensi (dihentikan sementara) selama 24 bulan per tanggal 17 Juli 2021 lalu.
Potensi delisting ini juga salah satunya diakibatkan oleh buruknya kinerja keuangan perusahaan yang pasarnya mulai tergerus akibat pindahnya perilaku konsumsi masyarakat yang mulai mengadopsi dan terbiasa dengan transaksi online.
Sebetulnya, berbagai cara sudah ditempuh TRIO memperbaiki kinerja, mulai dari membuka toko online, memperluas jaringan distribusi Shop on Shop dengan sistem pembagian keuntungan hingga berbisnis Smart Edu-Toys. Namun, hasilnya belum signifikan dan perusahaan tidak kunjung membaik.
Apabila menyimak paparan publik (public expose) perusahaan, manajemen TRIO mengakui pandemi Covid-19 sangat berdampak pada bisnis perusahaan seiring banyak pusat perbelanjaan ditutup.
Untuk menekan biaya dan demi efisiensi, pada awal 2020 TRIO menggabungkan seluruh kegiatan operasional toko di bawah satu entitas anak, PT Trio Distribusi, dengan fokus di pulau Jawa.
Selain itu, untuk menambal penurunan pendapatan dari toko offline, sepanjang tahun lalu perusahaan mencoba memaksimalkan penjualan secara online melalui marketplace, media sosial dan database pelanggan melalui www.oke.com.
Adapun strategi lainnya, saat ini Trikomsel berfokus pada produk-produk dengan margin tinggi, produk menengah dan mendukung kebijaka New Normal serta memiliki perputaran penjualan yang cepat. Salah satunya ialah dengan menambah product range Smart-Edu-Toys yang dijual di 101 outlet Shop-in-Shop.
(tas/tas)