
Emiten Farmasi Unjuk Gigi, Laba Naik Tak Kira-kira

Selain pertumbuhan pendapatan yang impresif, keenam emiten farmasi tersebut juga mencetak laba pada tahun ini, yang mana salah satu di antarnya bahkan mampu membalikkan keadaan dari semula mengalami kerugian pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Indofarma melaporkan laba bersih sebesar Rp 2,82 miliar pada kuartal III-2021 atau per akhir September lalu. Kinerja ini membaik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya di mana perusahaan masih mengalami kerugian Rp 18,88 miliar.
Peningkatan kinerja laba terbesar dicatatkan oleh IRRA yang mampu tumbuh hingga 840% dari semula Rp 9,03 miliar menjadi Rp 84,92 miliar.
Millennium Pharmacon juga mencatatkan kinerja laba yang cemerlang, tumbuh 99% menjadi Rp 12,18 miliar dari sebelumnya Rp 6,13 miliar. Begitu pula Sido Muncul yang digenjot oleh penjualan jamu herbal, laba bersihnya mampu tumbuh 35% menjadi Rp 865,50 miliar dari sebelumnya hanya sebesar Rp 640,80 miliar.
Adapun dua perusahaan dengan pendapatan terbesar, mencatatkan pertumbuhan laba 'paling kecil'. Emiten farmasi dengan pendapatan terbesar, Kalbe Farma, juga mampu membukukan laba terbesar di antara emiten farmasi lain. Akan tetapi kenaikan laba KLBGF 'hanya' sebesar 13% menjadi Rp 2,29 triliun dari sebelumnya Rp 2,03 triliun.
Terakhir adalah Tempo Scan yang laba bersihnya 'hanya' mampu tumbuh 10% menjadi Rp 545,66 miliar dari semula Rp 495,46 miliar.
Dari keenam perusahaan tersebut lima di antanya mengalami peningkatan aset, hanya Sido Muncul yang nilai asetnya menyusut 5,17% dari posisi akhir tahun lalu.
Sejalan dengan pertumbuhan aset, ekuitas lima emiten farmasi tersebut juga mengalami kenaikan, dengan peningkatan terbesar dibukukan oleh IRRA yang ekuitasnya meningkat 109% menjadi Rp 508,50 miliar. Sedangkan Sido Muncul menjadi satu-satunya emiten yang ekuitasnya turun.
Meski Kinerja Keuangan Cemerlang, Kinerja Saham Emiten Farmasi Bervariasi
Hingga penutupan perdagangan sesi I Selasa, 2 November 2021, secara keseluruhan dalam setahun terakhir kinerja saham emiten farmasi tercatat cukup baik.
Emiten farmasi yang sahamnya mampu tumbuh fantastis dalam setahun terakhir adalah IRRA, yang harganya meroket naik 123%.
Harga saham SDPC dan SIDO tercatat tumbuh masing-masing 30% dan 16% dalam setahun terakhir. Selanjutnya tidak jauh di belakang terdapat Tempo Scan yang sahamnya menguat 15% dalam setahun. Selanjutnya adalah Kalbe Farma yang sahamnya menguat tipis, naik 2,88% dalam setahun.
Terakhir, dari emiten farmasi yang telah melaporkan kinerja keuangannya, emiten pelat merah menjadi satu-satunya yang sahamnya jeblok dalam setahun terakhir, di mana harga saham Indofarma tercatat turun 25% atau berkurang seperempat dari tahun lalu. Catatan kinerja ini juga merupakan yang terburuk dari emiten lain yang belum menyampaikan laporan keuangan kuartal ketiga tahun ini.
Sedangkan dari sejumlah emiten lainnya yang belum menyampaikan laporan keuangan , hanya PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) yang mencatatkan kinerja saham yang positif atau tumbuh 31% dalam setahun.
Sementara itu PT Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA) sahamnya tercatat turun 1,54%. PT SOHO Global Health Tbk (SOHO), PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Phapros Tbk (PEHA) harga sahamnya masing-masing terkoreksi 23%, 21% dan 23% dalam setahun terakhir.
(fsd/fsd)[Gambas:Video CNBC]
