Ada Risiko Stagflasi di China, Waswas IHSG Ambles di Sesi II

Putra, CNBC Indonesia
Selasa, 02/11/2021 13:03 WIB
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah sempat menguat di awal perdagangan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya ditutup melemah 0,43% ke level 6.524,42 hingga sesi I perdagangan Selasa (2/11/2021).

Terpantau 193 saham menguat, 312 saham anjlok dan 158 saham stagnan. Di tengah koreksi IHSG, asing masih lanjut mengkoleksi saham-saham RI yang tercermin dari net buy di pasar reguler sebesar Rp 81,2 miliar.

Bursa saham kawasan Asia cenderung bergerak variatif hingga siang ini. Indeks Nikkei drop 0,48%. Shang Hai Composite bahkan lebih parah lagi setelah ambles 1,58%.


Sementara itu Hang Seng dan Straits Times masih selamat dengan penguatan masing-masing sebesar 0,16% dan 0,10%.

Mengawali bulan November, performa indeks memang kurang oke. Sepanjang bulan Oktober IHSG sudah mengalami kenaikan cukup signifikan. Secara musiman IHSG juga cenderung memberikan return bulanan negatif pada November dalam satu dekade terakhir.

Selain itu sentimen juga kurang mendukung. investor sepertinya perlu mewaspadai ancaman baru selepas pandemi virus corona. Peningkatan permintaan ternyata tidak bisa berjalan seiring dengan tambahan pasokan. Apalagi krisis energi melanda berbagai negara, sehingga menghambat proses produksi.

Misalnya di China. Keterbatasan pasokan bahan baku, tenaga kerja, plus krisis energi membuat biaya produksi membengkak. Inflasi tingkat produsen (Producer Price Index/PPI) China pun melonjak tajam. Inflasi yang tinggi akan membuat pertumbuhan ekonomi melambat. Risiko stagflasi kian nyata.

Setelah ambles 0,43% bagaimana prospek IHSG di sesi II? Berikut ulasan teknikalnya.

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Jika melihat posisi penutupan IHSG, maka indeks harus melewati level resisten terdekatnya di 6.561 untuk membentuk tren bullish.

Sementara itu indeks harus melewati level support terdekatnya di level psikologis 6.505 untuk mengalami tren bearish.

Grafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 33,13 yang mengindikasikan IHSG cenderung bergerak mendekati zona jenuh jual (oversold). Secara umum peluang indeks untuk lanjut melorot masih terbuka.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Israel Vs Iran Bikin Harga Minyak Naik & Bursa Saham "Ambyar"