Gegara Corona, Kurs Dolar Singapura Setop 'Ngamuk'!
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura akhirnya terkoreksi melawan rupiah pada perdagangan Jumat (29/10) Sebelumnya mata uang Negeri Merlion ini sudah mencatat penguatan dalam 8 dari 9 perdagangan terakhir.
Penguatan tersebut dipicu langkah mengejutkan Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) yang mengetatkan kebijakan moneternya dua pekan lalu. Inflasi yang tinggi menjadi alasan MAS lebih cepat mengetatkan kebijakannya.
Namun, kini MAS lebih berhati-hati, sebab selain inflasi ada risiko dari lonjakan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19). Sehingga ekspektasi MAS akan kembali mengetatkan kebijakan meredup, dolar Singapura pun mengendur.
Melansir data Refinitiv, dolar Singapura pagi ini melemah 0,12% ke Rp 10.524,36/SG$.
Analis menyebut MAS sedang mencoba meramu kebijakan yang tepat agar inflasi tidak melonjak, dan ekonomi tidak melambat akibat lonjakan kasus Covid-19. Jika MAS terus mengetatkan kebijakannya saat kasus Covid-19 menanjak, dan pembatasan di sosial diketatkan, maka roda bisnis bisa melambat, dan pemulihan ekonomi menjadi terhambat.
Kementerian Kesehatan Singapura (MOH), Rabu lalu melaporkan ada 5.324 kasus baru yang merupakan rekor tertinggi sepanjang pandemi. Angka kasus baru ini juga naik signifikan dibandingkan hari sebelumnya sebanyak 3.277 kasus.
Sebelumnya pada 14 Oktober lalu, MAS menaikkan kemiringan (slope) S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate) dari sebelumnya di dekat 0%. Sementara lebar (width) dan titik tengah (center) masih tetap. Langkah tersebut terbilang mengejutkan, sebab pada ekonom memprediksi MAS baru akan mengetatkan kebijakan moneter di tahun depan.
"Fakta MAS mempertahankan width dan center tetapi menaikkan slope berarti MAS masih berhati-hati terhadap risiko pelambatan pertumbuhan ekonomi," kata Irvin Seah, ekonom senior di bank DBS, sebagaimana dilansir Reuters.
Slope berfungsi membuat penguatan/penurunan dolar Singapura lebih cepat/lambat. Ketika slope dinaikkan, maka dolar Singapura bisa menguat lebih cepat, begitu juga sebaliknya.
Untuk diketahui, di Singapura, tidak ada suku bunga acuan, kebijakannya menggunakan S$NEER. Kebijakan moneter, apakah itu longgar atau ketat, dilakukan dengan cara menetapkan kisaran nilai dan nilai tengah dolar Singapura terhadap mata uang negara mitra dagang utama. Kisaran maupun nilai tengah itu tidak diumbar kepada publik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)