Masalah Suku Bunga, Bank Sentral Jepang Ketinggalan Jauh

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 October 2021 17:15
Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) mengumumkan kebijakan moneter pada hari ini, Kamis (28/10). Sesuai dengan ekspektasi pasar, BoJ mempertahankan suku bunga acuannya di -0,1%, serta kebijakan yield curve control (YCC) obligasi tenor 10 tahun di kisaran 0%.

Selain, itu BoJ mengindikasikan inflasi masih akan jauh di bawah target 2% dalam 2 tahun ke depan, saat banyak negara mengalami masalah tingginya inflasi.

Dengan situasi tersebut, BoJ akan jauh tertinggal dari bank sentral utama dunia lainnya yang sudah bersiap untuk menaikkan suku bunga akibat tingginya inflasi. Alhasil, spread imbal hasil (yield) obligasi akan melebar, yang berdampak pada pelemahan kurs yen.

Dari beberapa bank sentral utama, bank sentral Inggris (BoE) yang paling dekat akan menaikkan suku bunga.

BoE akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (4/11) pekan depan, dan pasar memperkirakan ada probabilitas sebesar 60% BoE akan menaikkan suku bunga sebesar 15 basis poin menjadi 0,25%.

Bukan tanpa sebab, probabilitas tersebut muncul setelah Gubernur BoE, Andrew Bailey, dua pekan lalu mengatakan tengah bersiap untuk menaikkan suku bunga guna meredam laju inflasi.

BoE memprediksi inflasi akan melewati 4%, lebih tinggi dua kali lipat ketimbang target 2%. 

Sementara itu bank sentral AS (The Fed) akan juga akan mengumumkan kebijakan moneter pekan depan. The Fed diperkirakan akan mengumumkan waktu tapering atau pengurangan nilai pembelian aset, yang bisa dilakukan mulai pertengahan November atau di bulan Desember dengan nilai US$ 15 miliar setiap bulannya dari saat ini US$ 120 miliar per bulan.

Dengan skenario tersebut, maka program pembelian aset (quantitative easing/QE) akan menjadi nol alias selesai dalam tempo 8 bulan. Pasar memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga di semester II-2022, akibat inflasi yang sangat tinggi.

Kemudian bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) akan mengumumkan kebijakan moneternya sore ini. ECB juga menghadapi tingginya inflasi, sehingga pelaku pasar akan melihat apakah ECB akan merubah proyeksi kebijakan moneternya hari ini.

Inflasi di zona euro pada bulan September lalu berada di level tertinggi dalam 13 tahun terakhir.

BoJ bahkan juga akan tertinggal oleh Bank Indonesia (BI). Gubernur BI Perry Warjiyo sebelumnya sempat mengindikasikan akan menaikkan suku bunga di tahun 2023. Tetapi Ekonom dari Societe Generale, sebagaimana dilansir FX Street memprediksi BI bisa menaikkan suku bunga pada semester II tahun depan. 

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Pelemahan Yen Bagus Bagi Perekonomian Jepang

Bank sentral Jepang atau BoJ di bawah pimpinan Haruhiko Kuroda sudah memangkas proyeksi inflasinya di tahun fiskal yang berakhir Maret 2022 menjadi 0%, turun signifikan dari sebelumnya 0,6%.

Salah satu penyebab turunnya inflasi tersebut adalah perubahan tahun dasar perhitungan.

Meski demikian, Gubernur BoJ menyatakan pelemahan yang dialami yen Jepang tidak buruk bagi perekonomian.

"Pelemahan yen memberikan dampak yang bervariasi bagi perekonomian Jepang. Tetapi saya pikir pelemahan yen belakangan ini tidak buruk bagi perekonomian Jepang.

Penurunan tersebut akan meningkatkan profit perusahaan eksportir. Yang penting adalah nilai tukar mata uang merefleksikan fundamental ekonomi dengan stabil," kata Kuroda sebagaimana dilansir Reuters.

Kuroda mengakui jika ke depannya nilai tukar yen bisa semakin melemah akibat melebarnya selisih suku bunga di Jepang dengan negara-negara lainnya. Tetapi, pelemahannya tidak akan besar.

"Jika semua hal tetap, memang benar perbedaan suku bunga akan melemahkan mata uang saat BoJ masih menerapkan yield curve control (YCC) 0%. Kemungkinan YCC membuat yen melemah lebih dalam, akibat perbedaan suku bunga yang semakin lebar tidaklah sebegitu besar."

"Pelemahan yen belakangan ini secara keseluruhan berdampak positif bagi perekonomian Jepang. Profit eksportir akan meningkat, dan mampu mengimbangi bahkan menutupi peningkatan biaya impor," kata Kuroda.

Meski demikian, Kuroda juga menegaskan bukan berarti bank sentral ingin melemahkan yen, dan tidak selalu pelemahan yen berdampak positif.

"Saya tidak mengatakan pelemahan yen selalu bagus buat perekonomian, Saya hanya mengatakan dengan kondisi ekonomi dan harga saat ini, pelemahan yen sudah pasti berdampak positif bagi perekonomian," tegasnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular