
Masalah Suku Bunga, Bank Sentral Jepang Ketinggalan Jauh

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) mengumumkan kebijakan moneter pada hari ini, Kamis (28/10). Sesuai dengan ekspektasi pasar, BoJ mempertahankan suku bunga acuannya di -0,1%, serta kebijakan yield curve control (YCC) obligasi tenor 10 tahun di kisaran 0%.
Selain, itu BoJ mengindikasikan inflasi masih akan jauh di bawah target 2% dalam 2 tahun ke depan, saat banyak negara mengalami masalah tingginya inflasi.
Dengan situasi tersebut, BoJ akan jauh tertinggal dari bank sentral utama dunia lainnya yang sudah bersiap untuk menaikkan suku bunga akibat tingginya inflasi. Alhasil, spread imbal hasil (yield) obligasi akan melebar, yang berdampak pada pelemahan kurs yen.
Dari beberapa bank sentral utama, bank sentral Inggris (BoE) yang paling dekat akan menaikkan suku bunga.
BoE akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (4/11) pekan depan, dan pasar memperkirakan ada probabilitas sebesar 60% BoE akan menaikkan suku bunga sebesar 15 basis poin menjadi 0,25%.
Bukan tanpa sebab, probabilitas tersebut muncul setelah Gubernur BoE, Andrew Bailey, dua pekan lalu mengatakan tengah bersiap untuk menaikkan suku bunga guna meredam laju inflasi.
BoE memprediksi inflasi akan melewati 4%, lebih tinggi dua kali lipat ketimbang target 2%.
Sementara itu bank sentral AS (The Fed) akan juga akan mengumumkan kebijakan moneter pekan depan. The Fed diperkirakan akan mengumumkan waktu tapering atau pengurangan nilai pembelian aset, yang bisa dilakukan mulai pertengahan November atau di bulan Desember dengan nilai US$ 15 miliar setiap bulannya dari saat ini US$ 120 miliar per bulan.
Dengan skenario tersebut, maka program pembelian aset (quantitative easing/QE) akan menjadi nol alias selesai dalam tempo 8 bulan. Pasar memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga di semester II-2022, akibat inflasi yang sangat tinggi.
Kemudian bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) akan mengumumkan kebijakan moneternya sore ini. ECB juga menghadapi tingginya inflasi, sehingga pelaku pasar akan melihat apakah ECB akan merubah proyeksi kebijakan moneternya hari ini.
Inflasi di zona euro pada bulan September lalu berada di level tertinggi dalam 13 tahun terakhir.
BoJ bahkan juga akan tertinggal oleh Bank Indonesia (BI). Gubernur BI Perry Warjiyo sebelumnya sempat mengindikasikan akan menaikkan suku bunga di tahun 2023. Tetapi Ekonom dari Societe Generale, sebagaimana dilansir FX Street memprediksi BI bisa menaikkan suku bunga pada semester II tahun depan.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Pelemahan Yen Bagus Bagi Perekonomian Jepang
