Sejenak Menguat, IHSG Dibuka Merah Malu-malu
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,11% ke level 6.664,37 pada perdagangan Rabu (27/10/2021).
Namun IHSG galau bergerak setelahnya. Penguatan IHSG terpangkas. Hingga 09.05 WIB, IHSG tercatat melemah tipis 0,05% ke level 6.653,37.
Asing terpantau mulai melakukan aksi jual dengan net sell Rp 4,42 miliar di pasar reguler. Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menjadi yang paling banyak dikoleksi asing dengan net buy mencapai Rp 12,4 miliar dan Rp 3,2 miliar.
Sedangkan saham yang banyak dilepas asing di awal perdagangan adalah saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan net sell masing-masing sebesar Rp 6 miliar dan Rp 5,8 miliar.
Semalam, tiga indeks acuan bursa New York kompak berakhir di zona hijau. Indeks Dow Jones ditutup naik 0,04%. Indeks S&P 500 melesat 0,18% dan Nasdaq Composite mengalami apresiasi tipis sebesar 0,06%.
Sentimen lain yang patut menjadi perhatian investor adalah harga minyak mentah dunia. Harga minyak mentah dunia menguat ke level tertingginya sejak 2014, menyusul penurunan pasokan global dan kuatnya permintaan di Amerika Serikat (AS) selaku konsumen utama energi dunia tersebut.
Kenaikan harga terjadi jelang rilis laporan inventori minyak AS versi American Petroleum Institute (API), dan versi Energy Information Administration (EIA). Analis sejauh ini memperkirakan inventori minyak AS akan mencapai 1,9 juta barel.
Harga kontrak berjangka (futures) minyak jenis Brent naik 0,5% ke level US$ 86,4 per barel, sementara minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) lompat 1,1%, menjadi US$ 84,65 per barel. Itu adalah level harga tertinggi sejak Oktober 2014.
Dari China, sentimen negatif muncul setelah satu lagi perusahaan properti kesulitan membayar kewajibannya, menyusul Evergrande Group, Fantasia Holdings dan Sinic Holdings, yakni Modern Land.
Reutersmengabarkan bahwa emiten bursa Hong Kong tersebut telah melewatkan pembayaran kupon obligasi, menambah kekhawatiran tentang dampak yang lebih luas dari krisis utang di sektor properti China.
Pekan lalu Modern Land telah menyatakan akan menunda pembayaran bunga obligasi yang jatuh tempo Senin, 25 Oktober kemarin dan akan membayar sebagian darinya senilai US$ 250 juta atau setara dengan Rp 3,62 triliun dalam 3 bulan ke depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)