
Harga Batu Bara Ngegas Lagi, Rupiah Menguat Tipis saja

Pergerakan rupiah pada hari ini menunjukkan pelaku pasar sebenarnya masih wait and see, sebab pekan depan ada bank sentral AS (The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter. The Fed diperkirakan akan mengumumkan kapan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset akan dilakukan.
Tetapi sebelumnya pengumuman tersebut di pekan ini setidaknya ada 2 data yang akan mempengaruhi pergerakan pasar mata uang, khususnya melawan dolar AS.
"Ada banyak event yang berisiko besar di pekan ini, dan dolar AS yang sedang melemah dalam dua pekan terakhir kini mulai diborong lagi oleh pelaku pasar" kata Joseph Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (25/10).
Amerika Serikat akan merilis data produk domestik bruto (PDB), hasil polling Reuters menunjukkan produk domestik bruto (PDB) AS "hanya" tumbuh 2,8% di kuartal III-2021, melambat dari sebelumnya 6,7%.
Rilis PDB AS jika lebih rendah dari prediksi tentunya akan memundurkan lagi ekspektasi kenaikan suku bunga. Apalagi, ketua bank sentral AS (The Fed) pada pekan lalu sekali lagi menegaskan belum saatnya menaikkan suku bunga.
"Saya berfikir sekarang saatnya melakukan tapering, saya tidak berfikir sekarang saatnya menaikkan suku bunga," kata Powell dalam konferensi virtual Jumat (23/10), sebagaimana diwartakan Reuters.
Data PDB Amerika Serikat akan dirilis pada Kamis (28/10), sehari setelahnya akan dirilis data inflasi versi personal capital expenditure (PCE).
Hasil survei Reuters menunjukkan inflasi PCE Inti tumbuh 3,7% year-on-year (YoY) di bulan September, lebih dari dari bulan sebelumnya 3,6% YoY yang merupakan level tertinggi dalam 3 dekade terakhir.
Jika rilis tersebut sesuai prediksi, maka kecemasan akan stagflasi akan semakin meningkat, dan dolar AS yang akan diuntungkan sebab menyandang status safe haven.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
