Teka-teki Suku Bunga & Batu Bara Bikin Rupiah Mundur Teratur
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah pada pekan lalu beberapa kali mendekati Rp 14.000/US$, tetapi selalu terkoreksi. Alhasil, sepanjang pekan lalu rupiah membukukan pelemahan 0,36% melawan dolar Amerika Serikat (AS), dan berlanjut pada perdagangan Senin (25/10).
Teka-teki kapan bank sentral AS (The Fed) menjadi salah satu penggerak rupiah di pekan ini, selain juga pergerakan harga batu bara.
Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka rupiah langsung melemah 0,28% ke Rp 14.160/US$. Depresiasi rupiah kemudian membengkak hingga 0,46% ke Rp 14.185/US$, atau melemah 0,46% di pasar spot. Rupiah berhasil memangkas pelemahan hingga tersisa 0,25% ke Rp 14.155/US$ di penutupan perdagangan.
Ketua The Fed, Jerome Powell, pada pekan lalu menyatakan sudah waktunya melakukan tapering.
"Saya berfikir sekarang saatnya melakukan tapering, saya tidak berfikir sekarang saatnya menaikkan suku bunga," kata Powell dalam konferensi virtual Jumat (23/10), sebagaimana diwartakan Reuters.
Powell menyatakan saat ini ada 5 juta tenaga kerja yang masih belum terserap seperti sebelum pandemi penyakit virus corona (Covid-19) melanda dunia.
"Kami pikir kami bisa bersabar (untuk menaikkan suku bunga) dan membiarkan pasar tenaga kerja pulih," tambahnya.
Selain iu, Powell juga menegaskan inflasi yang tinggi di Amerika Serikat saat ini ke depannya akan melandai. Pernyataan Powell mengindikasikan suku bunga baru akan dinaikkan pada tahun 2023.
Namun, beberapa analis melihat inflasi di AS masih tetap tinggi, dan suku bunga kemungkinan akan dinaikkan secara agresif.
"Dolar AS masih cenderung menguat. Anggota The Fed perlahan mulai mengakui jika inflasi masih cenderung naik sehingga kemungkinan akan ada kenaikan suku bunga yang agresif yang membuat dolar AS kuat," kata Kim Mundy, analis mata uang di Commonwealth Bank of Australia, sebagaimana diwartakan CNBC International.
Berbeda dengan Powell, mayoritas anggota dewan The Fed memang melihat suku bunga bisa dinaikkan tahun depan.
Setiap akhir kuartal, The Fed akan memberikan proyeksi suku bunganya, terlihat dari dot plot. Setiap titik dalam dot plot tersebut merupakan pandangan setiap anggota The Fed terhadap suku bunga.
Dalam dot plot yang terbaru, sebanyak 9 orang dari 18 anggota Federal Open Market Committee (FOMC) kini melihat suku bunga bisa naik di tahun depan. Jumlah tersebut bertambah 7 orang dibandingkan dot plot edisi Juni. Saat itu mayoritas FOMC melihat suku bunga akan naik di tahun 2023.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Harga Batu Bara Ambrol, Rupiah Terseret
(pap/pap)