
Teka-teki Suku Bunga & Batu Bara Bikin Rupiah Mundur Teratur

Prospek ekonomi yang membaik serta kenaikan harga komoditas membuat pelaku pasar sangat bullish terhadap rupiah, berdasarkan hasil survei yang dirilis Reuters pekan lalu. Tetapi belakangan ini harga batu bara malah ambrol.
Sebelumnya batu bara mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 270/ton pada 5 Oktober lalu.
Namun, sepanjang pekan lalu harga baru bara acuan Ice Newcastle Australia untuk kontrak bulan November ambrol nyaris 21% di pekan ini ke US$ 191/ton. Jika dilihat dari rekor tersebut, batu bara sudah jeblok nyaris 30%.
Batu bara merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia, kenaikan harganya yang sempat mencapai 230% di tahun ini membuat neraca perdagangan Indonesia mencetak surplus.
Sehingga ketika harga batu bara jeblok, ada kemungkinan sentimen terhadap rupiah juga menurun.
Sementara itu pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) yang terkendali membuat prospek perekonomian membaik. Penambahan kasus Covid-19 dalam seminggu terakhir konsisten di bawah 1.000 orang per hari.
Satgas penanganan Covid-19 hari ini melaporkan penambahan kasus baru sebanyak 623 kasus, terendah sejak 4 Juni tahun lalu. Penambahan kasus tersebut selalu di bawah 1.000 orang per hari sejak 15 Juni lalu. Dalam 7 hari terakhir, rata-rata penambahan kasus sebanyak 769 orang, menjadi yang terendah sejak 8 Juni 2020.
Sementara untuk pasien yang sembuh hari ini dilaporkan sebanyak yang meninggal hari ini dilaporkan sebanyak 1.037 orang, dan yang meninggal dunia bertambah 29 orang. Dengan demikian, kasus aktif dilaporkan sebanyak 14.360 orang, berkurang 443 kasus dibandingkan Sabtu kemarin. Kasus aktif tersebut menjadi yang terendah sejak 22 Mei 2020.
Kabar baik lainnya, rasio temuan kasus positif terhadap jumlah tes (positivity rate) juga menunjukkan virus corona di Indonesia terkendali. Kemarin, positivity rate Indonesia ada di 0,46%.
Sebagai informasi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan batasan positivity rate maksimal 5% agar bisa dikatakan pandemi terkendali. Sekarang Indonesia sudah jauh di bawah 5%, sehingga sudah masuk kategori terkendali.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
