Tapering Menghitung Hari, Rupiah Melemah Dekati Rp 14.200/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Senin, 25/10/2021 09:19 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Senin (25/10). Tapering yang sudah menghitung hari membuat rupiah yang pada pekan lalu sempat mendekati Rp 14.000/US$ kembali diterpa aksi ambil untung. Rupiah kini malah mendekati Rp 14.200/US$.

Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka rupiah langsung melemah 0,28% ke Rp 14.160/US$. Depresiasi rupiah berlanjut, pada pukul 9:12 WIB berada di Rp 14.175/US$, atau melemah 0,39% di pasar spot.

Tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) oleh bank sentral AS (The Fed) pasti akan dilakukan tahun ini, entah itu bulan depan atau di Desember. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan terbaru ketua The Fed, Jerome Powell.


"Saya berfikir sekarang saatnya melakukan tapering, saya tidak berfikir sekarang saatnya menaikkan suku bunga," kata Powell dalam konferensi virtual Jumat (23/10), sebagaimana diwartakan Reuters.

Powell menyatakan saat ini ada 5 juta tenaga kerja yang masih belum terserap seperti sebelum pandemi penyakit virus corona (Covid-19) melanda dunia.

"Kami pikir kami bisa bersabar (untuk menaikkan suku bunga) dan membiarkan pasar tenaga kerja pulih," tambahnya.

Selain iu, Powell juga menegaskan inflasi yang tinggi di Amerika Serikat saat ini ke depannya akan melandai.

Pernyataan Powell mengindikasikan suku bunga baru akan dinaikkan pada tahun 2023. Meski demikian, rupiah masih sulit untuk menguat.

Aksi profit taking yang melanda rupiah semakin menguat akibat jebloknya harga batu bara. Sebelumnya batu bara mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 270/ton pada 5 Oktober lalu.

Namun, sepanjang pekan lalu harga baru bara acuan Ice Newcastle Australia untuk kontrak bulan November ambrol nyaris 21% di pekan ini ke US$ 191/ton. Jika dilihat dari rekor tersebut, batu bara sudah jeblok nyaris 30%.

Batu bara merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia, kenaikan harganya yang sempat mencapai 230% di tahun ini membuat neraca perdagangan Indonesia mencetak surplus.

Hasil survei dari Reuters yang dirilis pada pekan lalu menunjukkan pelaku pasar sangat bullish terhadap rupiah, sebab harga komoditas yang sedang melonjak, dan proSpek perekonomian yang membaik.

Dengan jebloknya harga batu bara, ada risiko menurunnya sentimen terhadap rupiah, sehingga memicu aksi profit taking

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Cerah Hingga Tekanan Dolar & Tarif Masih Jadi Risiko