Gainers-Losers Sesi II

Saham Allo Bank (BBHI) Jawara Sentuh ARA, 2 BUMN Karya ARB

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
Kamis, 21/10/2021 16:50 WIB
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten bank digital milik pengusaha nasional Chairul Tanjung PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) berhasil menyentuh batas auto rejection atas (ARA) 25% dan menjadi pemuncak top gainers pada penutupan perdagangan hari ini, Kamis (21/10/2021).

Sementara, saham emiten kilang bahan bakar gas cair (LNG) dan produsen amonia yang sebagian sahamnya dimiliki konglomerat TP Rachmat, PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) dan dua BUMN Karya, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), berbagi tempat di daftar top losers.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali memerah hari ini, melanjutkan koreksi pada Selasa lalu. IHSG turun 0,35% ke posisi 6.632,972 pada penutupan sesi II perdagangan Kamis (21/10).


Menurut data BEI, 188 saham naik, 347 saham turun dan 127 saham tak bergerak, dengan nilai transaksi mencapai Rp 20,20 triliun dan volume perdagangan mencapai 28,80 miliar saham.

Investor asing pasar saham masuk ke bursa RI dengan catatan beli bersih asing mencapai Rp 582,93 miliar di pasar reguler. Sementara, asing mencatatkan jual bersih di pasar negosiasi dan pasar tunai sebesar Rp 55,54 miliar.

Berikut 5 saham top gainers dan losers sesi II hari ini (21/10).

Top Gainers

  1. Allo Bank Indonesia (BBHI), saham +24,74%, ke Rp 6.025, transaksi Rp 106,0 M

  2. Eastparc Hotel (EAST), +14,29%, ke Rp 96, transaksi Rp 18,5 M

  3. Sentra Food Indonesia (FOOD), +11,11%, ke Rp 110, transaksi Rp 18,8 M

  4. Matahari Putra Prima (MPPA), +9,91%, ke Rp 610, transaksi Rp 105,5 M

  5. Jaya Agra Wattie (JAWA), +7,69%, ke Rp 168, transaksi Rp 19,2 M

Top Losers

  1. Surya Esa Perkasa (ESSA), saham -6,74%, ke Rp 360, transaksi Rp 77,5 M

  2. PP (PTPP), -6,72%, ke Rp 1.250, transaksi Rp 90,6 M

  3. Wijaya Karya (WIKA), -6,67%, ke Rp 1.330, transaksi Rp 99,0 M

  4. Smartfren Telecom (FREN), -6,59%, ke Rp 85, transaksi Rp 135,9 M

  5. Delta Dunia Makmur (DOID), -6,21%, ke Rp 302, transaksi Rp 41,2 M

Mengacu pada data di atas, saham BBHI melesat 24,74% ke Rp 6.025/saham. Praktis, ini merupakan harga tertinggi sepanjang masa saham BBHI sejak melantai di bursa pada Agustus 2015.

Di tengah kenaikan saham BBHI, investor asing melakukan beli bersih mencapai Rp 4,37 miliar.

Dengan ini, dalam sepekan saham BBHI melejit 41,43%, dalam sebulan mendaki 60,67%

Kenaikan saham BBHI terjadi di tengah perseroan sedang berencana melakukan penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue dengan nilai mencapai Rp 4,8 triliun. Aksi korporasi tersebut telah direstui oleh Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) perusahaan yang digelar Jumat pekan lalu (15/10/2021).

Berdasarkan prospektus yang dipublikasikan di situs resmi perusahaan, Allo Bank akan menerbitkan saham baru sebanyak 10.047.322.871 (10,04 miliar) saham biasa atas nama atau sebesar 46,24% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah PMHMETD III dengan nilai nominal Rp100.

Harga pelaksanaan ditetapkan sebesar Rp 478/saham sehingga sehingga jumlah dana yang akan diterima dalam PMHMETD III ini sebesar Rp 4.802.620.332.338 (Rp 4,8 triliun).

Berdasarkan surat pernyataan tanggal 19 Oktober 2021, PT Mega Corpora selaku pemegang saham utama perseroan dengan kepemilikan 90% telah menyatakan hanya akan mengambil bagian dan melaksanakan sebagian dari HMETD yang menjadi haknya sebanyak 2.712.777.020 (2,71 miliar saham) atau sekitar 30% dari seluruh HMETD yang menjadi haknya.

Mega Corpora akan mengalihkan HMETD sisanya kepada beberapa investor strategis dalam rangka pemenuhan ketentuan Pasal 21 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.9/POJK.04/2018 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka.

Hanya saja belum diungkapkan secara detail siapa calon investor strategis yang akan masuk menjadi pemegang saham bank eks Bank Harda ini.

Berbeda, saham ESSA ambles hingga menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) 6,74% ke Rp 360/saham. Investor tampaknya mulai melakukan aksi ambil untung setelah saham ESSA melesat selama 4 hari terakhir.

Dalam surat kepada pihak bursa soal penjelasan atas volatilitas transaksi saham, pada Selasa (19/10), manajemen ESSA menyatakan, tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan.

"Perseroan tidak mengetahui Informasi/fakta/kejadian penting lainnya yang material dan dapat mempengaruhi harga efek Perseroan serta kelangsungan hidup Perseroan yang belum diungkapkan kepada publik," jelas pihak ESSA, dikutip CNBC Indonesia, Kamis (21/10).

Manajemen ESSA juga menyatakan, perseroan tidak memiliki rencana untuk melakukan tindakan korporasi dalam waktu dekat, paling tidak dalam 3 bulan mendatang.

Sementara, duo saham konstruksi pelat merah PTPP dan WIKA juga sama-sama ambles hingga ARB, yakni masing-masing merosot 6,72% dan 6,67%. Koreksi kedua saham tersebut menyusul tren penguatan saham-saham konstruksi pada pekan lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pacu Pertumbuhan, Bank Digital Genjot "Fee Based Income"& AI