Selow IHSG Merah Tipis, Asing Masih Borong Rp 654 M

Tri Putra, CNBC Indonesia
19 October 2021 15:45
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021).  Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi 0,04% ke level 6.655,99 pada sesi II perdagangan Selasa (19/10/21).

Setelah 5 hari beruntun menguat, akhirnya IHSG jatuh ke zona merah juga. Ada indikasi besar bahwa indeks yang melemah disebabkan oleh aksi profit taking.

Di tengah koreksi indeks, asing masih melakukan aksi beli di pasar reguler mencapai Rp 654,14 miliar. Hingga penutupan IHSG, tercatat ada 247 saham menguat, 262 melemah dan 149 stagnan.

Total transaksi di pasar reguler mencapai Rp 13,86 triliun.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Astra International Tbk (ASII) menjadi saham yang paling banyak dikoleksi asing dengan net buy masing-masing sebesar Rp 309,7 miliar dan Rp 149,1 miliar.

Sementara itu saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) menjadi dua saham yang paling banyak dilepas asing. Net sell asing di kedua saham tersebut sebesar Rp 230,3 miliar dan Rp 61 miliar.

Untuk hari ini ada beberapa sentimen yang mewarnai perdagangan. Pertama adalah kinerja saham-saham Wall Street yang ditutup variatif semalam.

Pada akhir penutupan perdagangan Senin, S&P 500 tercatat naik 0,3%. Nasdaq Composite yang diuntungkan dari perbaikan kinerja saham beberapa perusahaan teknologi tercatat naik 0,8%. Sedangkan Dow Jones Industrial Average menjadi satu-satunya indeks yang mengalami koreksi atau turun 0,1%.

Sentimen lain datang dari China. Pertumbuhan PDB Negeri Panda di kuartal III-2021 dilaporkan tumbuh positif 4,9% year on year (yoy). Namun pertumbuhan ekonomi China melambat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya di angka 7,9% yoy.

Perlambatan ekonomi China dipicu oleh beberapa hal terutama akibat krisis energi dan krisis utang di sektor properti.

Krisis energi yang sedang dialami memaksa sebagian pabrik beroperasi di bawah kapasitas normal dan juga pemadaman juga sempat diberlakukan di beberapa wilayah.

Turunnya kapasitas pabrik di China tentu menjadi pukulan besar, mengingat banyak bahan baku dan barang kebutuhan global diproduksi di negara tersebut.

Dari dalam negeri, pada Selasa sore ini (19/10), Bank Indonesia (BI) akhirnya mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar sejak kemarin. BI memutuskan untuk kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 3,50%, sesuai dengan ekspektasi pasar.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 18-19 Oktober 2021 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai RDG, Selasa (19/10/2021).

Sebelumnya, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 3,5%. Seluruh institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus sepakat bulat, tidak ada dissenting opinion.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular