
IHSG Drop Gagal Pecah Rekor! Ini Saham-saham Pemicunya

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,1% ke level 6.65,72 pada perdagangan Selasa (19/10/2021).
Meskipun demikian akhirnya IHSG berbalik arah dan melemah ke zona merah dengan koreksi 0,04% ke level 6.656,51 pada pukul 9:37 WIB. Tercatat IHSG sebelumnya sudah menguat 5 hari beruntun sehingga para pelaku pasar melakukan aksi ambil untung hari ini.
Asing masih mencatatkan net buy di pasar reguler senilai Rp 131 miliar dengan nilai transaksi mencapai Rp 3 triliun.
Berikut saham-saham yang menjadi pemberat indeks pada perdagangan hari ini:
Emiten | %Change | Indeks Poin |
BBRI | 0,45% | -2,4 |
ARTO | 1,49% | -2,1 |
TLKM | 0,53% | -1,9 |
UNTR | 2% | -1,9 |
BBCA | 1% | -1,8 |
Tercatat saham berkapitalisasi pasar terbesar kedua PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi pemberat indeks 2,4 poin setelah terkoreksi 0,45%.
Di posisi kedua muncul nama emiten new economy yang juga berkapitalisasi pasar jumbo yakni PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang ambruk 1,49% dan memberatkan indeks 2,1 poin.
Selanjutnya 3 emiten sisanya diisi oleh saham-saham old economy yakni PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT United Tractors Tbk (UNTR), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang ambruk masing-masing 0,53%, 2%, dan 1%, sehingga memberatkan indeks 1,9 poin, 1,9 poin, dan 1,8 poin.
Untuk hari ini ada beberapa sentimen yang mewarnai perdagangan. Pertama adalah kinerja saham-saham Wall Street yang ditutup variatif semalam.
Pada akhir penutupan perdagangan Senin, S&P 500 tercatat naik 0,3%. Nasdaq Composite yang diuntungkan dari perbaikan kinerja saham beberapa perusahaan teknologi tercatat naik 0,8%. Sedangkan Dow Jones Industrial Average menjadi satu-satunya indeks yang mengalami koreksi atau turun 0,1%.
Sentimen lain datang dari China. Pertumbuhan PDB Negeri Panda di kuartal III-2021 dilaporkan tumbuh positif 4,9% year on year (yoy). Namun pertumbuhan ekonomi China melambat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya di angka 7,9% yoy.
Perlambatan ekonomi China dipicu oleh beberapa hal terutama akibat krisis energi dan krisis utang di sektor properti.
Krisis energi yang sedang dialami memaksa sebagian pabrik beroperasi di bawah kapasitas normal dan juga pemadaman juga sempat diberlakukan di beberapa wilayah.
Turunnya kapasitas pabrik di China tentu menjadi pukulan besar, mengingat banyak bahan baku dan barang kebutuhan global diproduksi di negara tersebut.
Dari dalam negeri Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar sejak kemarin. Pasar memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuan di level 3,5%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham