Taipan Prajogo Siap Bawa Star Energy IPO, Ini Bocorannya!
Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen PT Barito Pacific Tbk (BRPT), emiten petrokimia milik taipan Prajogo Pangestu, berencana untuk melepas sebagian kepemilikan sahamnya di PT Star Energy Geothermal melalui penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) di pasar modal.
Wakil Presiden Direktur Barito Pacific Rudy Suparman mengungkapkan perusahaan tengah melakukan persiapan terkait dengan rencana ini. Kendati demikian tidak disebutkan lebih rinci kapan waktu pelaksanaan aksi korporasi tersebut.
"Arah dan harapannya akan ke sana [rencana IPO Star Energy]. Namun ada beberapa persiapan yang harus dilakukan sehingga akan dijelaskan lebih lanjut mengenai hal ini," kata Rudy dalam paparan publik, dikutip Selasa (19/10/2021).
Untuk diketahui, Star Energy Geothermal memiliki kapasitas terpasang PLTP saat ini sebesar 875 Mega Watt (MW) atau menguasai 41% dari total kapasitas terpasang PLTP di Indonesia yang mencapai 2.130,7 MW hingga akhir 2020.
Star Energy Geothermal mengakuisisi PLTP terbesar di Indonesia yang sebelumnya dikelola Chevron Geothermal senilai US$ 2,3 miliar pada 2017, termasuk aset PLTP di Filipina.
Kedua PLTP di Indonesia yang diakuisisi itu yakni PLTP Darajat di Garut, Jawa Barat dan PLTP Salak, Sukabumi, Jawa Barat dengan total kapasitas produksi listrik 413 MW dan uap 235 MW.
Selain dua PLTP itu, Star Energy juga mengoperasikan PLTP Wayang Windu di Pangalengan, Jawa Barat dengan kapasitas 227 MW.
Hingga 2028, Star Energy menargetkan menjadi operator panas bumi berkapasitas sebesar 1.200 MW. Target ini lebih ambisius ketimbang target PGE yang menargetkan 1.100 MW.
Hingga Juni 2021, Star Energy mencetak laba tahun berjalan senilai US$ 80,7 juta, naik 4,4% dari setahun sebelumnya sebesar US$ 77,3 juta. Angka tersebut setara dengan 33,9% dari laba bersih tahun berjalan yang dibukukan Barito Pacific senilai US$ 237,8 juta.
Saat ini perusahaan tengah melakukan eksplorasi proyek panas bumi di tiga titik. Pertama, di WKP Salak Binary yang diperkirakan menghasilkan tambahan listrik sebesar 15 MW. Kedua, di area baru Sekincau, Lampung Barat; dan ketiga, di WKP Hamiding, Halmahera Utara (Maluku).
(tas/tas)