Jeger! Grup Pakuwon Caplok Saham Emiten Leasing IBFN

Monica Wareza, CNBC Indonesia
Selasa, 19/10/2021 09:15 WIB
Foto: Dokumentasi PT Pakuwon Jati

Jakarta, CNBC Indonesia - Pakuwon Group memborong saham emiten pembiayaan atau leasing PT Intan Baruprana Finance Tbk (IBFN) sebanyak 75.462.200 atau setara dengan 4,97% dari modal yang ditempatkan dan disetor oleh perusahaan.

Berdasarkan data kepemilikan saham IBFN per 8 Oktober 2021, kepemilikan Pakuwon ini diwakili oleh PT Pakuwon Darma, pihak yang masih terafiliasi dengan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON).

Pakuwon Darma mengambilalih sebagian kepemilikan dari penempatan Reksa Dana HPAM Smat Beta Ekuitas (Reksa Dana Henan Putihrai) yang tadinya memiliki sebanyak 9,94%.


"Menurut DPS [Daftar Pemegang Saham] perseroan tanggal 8 Oktober 2021, tercatat bahwa pemegang saham atas 75.462.200 saham dimiliki oleh PT Pakuwon Darma dengan persentase saham perseroan sebesar 4,97%," tulis keterbukaan informasi yang dirilis perusahaan, dikutip Selasa (19/10/2021).

Sementara itu, pemegang saham perusahaan lainnya adalah PT Intraco Penta Tbk (INTA) sebanyak 55,07% alias sebagai pengendali. Selanjutnya ada PT Intra Trading sebesar 17,23%.

Keterangan mengenai afiliasi Pakuwon Darma dengan Pakuwon Jati terungkap dalam keterangan resmi penyaluran kredit yang disampaikan oleh Bank BJB, di mana Pakuwon Darma merupakan bagian dari Grup Pakuwon, yang terafiliasi juga dengan Pakuwon Jati.

Data kementerian perindustrian juga mengungkapkan soal Pakuwon dan Pakuwon Darma, dalam dokumen Amdal, kendati dalam laporan keuangan PWON todak disebutkan perihal Pakuwom darma. Namun sejumlah direksinya PWON sempat menjabat direksi Pakuwon darma

Beberapa waktu lalu CNBC Indonesia memberitakan bahwa emiten leasing alat berat ini berencana mengajukan restrukturisasi kepada kreditor guna pemenuhan rasio terkait dengan permodalan.

Strateginya melalui aksi korporasi, baik itu melalui Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau private placement maupun dengan HMETD (rights issue). Hal ini disampaikan manajemen IBFN dalam materi public expose insidentil perusahaan pada akhir Juni lalu.

Modal tambahan tersebut dapat digunakan untuk merestrukturisasi utang perusahaan yang menurut laporan keuangan kuartal I 2021 memiliki liabilitas yang mencapai Rp 1,20 triliun dan mengalami defisiensi modal.

Meskipun begitu hingga saat ini perusahaan belum bisa menyebutkan nama-nama calon investor, sebagaimana disampaikan dalam laporan hasil paparan publik insidentil terbaru dari induk usahanya, PT Intraco Penta Tbk (INTA), yang juga dihadiri Direktur Keuangan IBFN Alexander Reyza, akhir Juni lalu (30/6).

"Saat ini kami belum bisa membuka nama-nama calon investor yang sedang menjajaki kerja sama dengan IBFN, karena kami terikat pada perjanjian kerahasiaan dalam masa penjajakan dengan para calon investor tersebut. Jika telah ada dokumen atau kesepakatan final yang tercapai maka akan kami sampaikan di kemudian hari," ujar pihak manajemen.

Manajemen juga menjelaskan terkait strategi lainnya untuk memperkuat lini bisnis pembiayaan di IBFN, perusahaan telah melaksanakan diskusi intensif bilateral dengan beberapa pihak.

Apabila menilik laporan keuangan kuartal I 2021, IBFN memiliki total liabilitas sebesar Rp 1,95 triliun dengan total aset hanya senilai Rp 870,04 miliar, sehingga perusahaan mengalami defisiensi modal.

Ekuitas perusahaan per akhir Maret 2021 tercatat negatif Rp 325,68 miliar.

Adapun kontribusi utang bank menjadi penyumbang terbesar liabilitas perusahaan, yakni Rp 654,73 miliar. Kemudian, medium term notes (MTN) di posisi kedua dengan nilai Rp 307,04 miliar.

Utang bank IBFN memiliki dua jenis, yakni konvensional dan syariah. Untuk utang dari bank konvensional, Indonesia Eximbank menjadi kreditor terbesar yakni Rp 141,72 miliar bersama dengan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang sebesar Rp 130,73 miliar.

Adapun bank syariah yang menjadi kreditor terbesar ialah PT Bank Muamalat Indonesia Tbk yakni Rp 224,88 miliar.

Sementara, bagian utang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun senilai Rp 30,55 miliar dan utang jangka panjang senilai Rp 624,18 miliar.


(tas/tas)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Investasi Yang Bisa Dilirik Saat Perang & Suku Bunga Ditahan