
Bintang-bintang Berjatuhan! Gas, Batu Bara, Minyak Rontok...

Selain itu, ada sentimen yang tidak mendukung kenaikan harga si emas hitam. Pada September 2021, produksi industri AS turun 1,3% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month). Lebih dalam dibandingkan kontraksi Agustus 2021 yang sebesar 0,1% dan jauh dibandingkan ekspektasi pasar yang memperkirakan terjadi pertumbuhan 0,2%.
"Harga minyak sudah naik tinggi sekali. Namun data produksi industri yang lemah di AS membuat pasar mulai ragu apakah permintaan memang setinggi itu? Data di China juga ikut menambah kekhawatiran tersebut," tutur Phil Flynn, Analis Seniot Price Futures Group, seperti dikutip dari Reuters.
Kemarin, China mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2021. Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Tirai Bambu memang tumbuh, tetapi melambat.
Pada Juli-September 2021, ekonomi China tumbuh 4,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Lumayan jauh melambat dibandingkan pencapaian kuartal II-2021 yang sebesar 7,9% yoy dan menjadi yang terendah sejak kuartal III-2020.
AS dan China adalah dua perekonomian terbesar di dunia. Saat dua 'raksasa' ini lesu, maka akan membuat seluruh dunia ikut lemas.
Kelesuan ekonomi akan membuat permintaan energi tidak setinggi perkiraan sebelumnya. Faktor ini yang ikut membuat harga minyak turun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)