Rekor Tertinggi, Penawaran Umum di Pasar Modal Tembus Rp262 T

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
14 October 2021 18:20
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021).  Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan di masa pandemi Covid-19, nilai penerbitan melalui penawaran umum berupa IPO, rights issue, penerbitan efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) di pasar modal justru mencetak rekor tertinggi dalam sejarah pasar modal.

Direktur Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Jasa OJK, M Maulana mengungkapkan, sampai dengan 12 Oktober 2021, penawaran umum dari IPO, rights issue, dan penerbitan efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) mencapai Rp 262,31 triliun.

Rinciannya, nilai emisi dari IPO memberi andil sebesar Rp 30,99 triliun, rights issue Rp 159,20 triliun. Penerbitan efek bersifat utang dan sukuk mencapai Rp 72,12 triliun.

Capaian ini lebih baik dari nilai emisi yang diterbitkan sepanjang tahun 2017 yang kala itu mencapai Rp 255,79 triliun.

Data Penawaran UmumFoto: Dok OJK
Data Penawaran Umum

"Ini angka tertinggi sepanjang sejarah bursa. Justru, emisi tertinggi terjadi di masa pandemi," kata Maulana, dalam salah satu webinar Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2021, Kamis (14/10/2021) bertajuk Two Years of Pandemic: What Go Public can Offer.

Maulana menyebut, salah satu emisi terbesar di tahun ini adalah rights issue PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang memperoleh dana sebesar Rp 96 triliun.

Saat ini, OJK mencatat, di pipeline masih terdapat beberapa perusahaan yang akan melakukan penawaran umum dengan emisi Rp 20 triliun sampai dengan Rp 30 triliun.

"Ini akan terus memecahkan rekor," katanya.

Dia menilai, tren aksi korporasi melalui penawaran umum akan terus terjaga di masa pandemi, hal ini karena pemerintah memberikan beragam insentif bagi dunia usaha, termasuk dari sisi fiskal.

"Walau di amsa pandemi, dengan pemerntah tidak diam, banyak insentif fiskal dunia usaha, ini akan tetap terjaga momentum ini," bebernya.

Secara terpisah, Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo menyampaikan, rights issue BBRI menjadi momentum bagi pasar modal Indonesia mendapat respons positif dari investor.

"Ini benar-benar satu momentum yang menunjukkan bahwa market Indonesia masih sangat dihargai sebagai market yang tumbuh positif, apalagi dengan konsep ultra mikro BRI. Kalau di minggu lalu masih Rp 27 triliun, per hari ini sudah Rp 41 triliun full, jadi ini berita positif," kata Tiko, beberapa waktu lalu.

Dia juga menyebut, adanya transaksi rights issue besar ini juga diharapkan berimplikasi positif ke pasar modal yang sudah lama tidak ada transaksi dengan dana rights issue besar, utamanya dari perusahaan pelat merah.

"Moga-moga ini memberikan angin segar bagi pasar modal yang sudah lama tidak ada transaksi besar dari BUMN," ujarnya.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article OJK: 80 Pipeline Penawaran Umum di Pasar Modal Tembus Rp 79 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular