Habis Meroket 15% dalam 3 Hari, Harga Batu Bara Nyungsep

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 October 2021 07:04
tambang batu bara
Foto: Tambang batubara Tarrawonga Whitehaven Coal di Boggabri, New South Wales, Australia. (Whitehaven Coal Ltd/Handout via REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara turun setelah mengalami kenaikan selama tiga hari perdagangan beruntun. Aksi ambil untung (profit taking) memang akan selalu membayangi si batu hitam selama harga terus dalam tren bullish.

Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat US$ 255/ton. Turun 1,92% dibandingkan hari sebelumnya.

Koreksi ini terjadi setelah harga batu bara naik tiga hari berturut-turut. Dalam tiga hari tersebut, harga komoditas ini meroket 15,61%.

Oleh karena itu, wajar jika investor tergiur. Harga naik lebih dari 15% dalam tiga hari, jarang ada aset yang bisa memberikan imbalan setinggi itu. Didorong oleh hasrat mengeruk cuan, kontrak batu bara mengalami tekanan jual sehingga harganya turun.

Halaman Selanjutnya --> Fundamental Batu Bara Masih Kuat

Akan tetapi, fundamental yang kuat bisa membuat harga batu bara naik lagi. Tingginya permintaan akan kembali mendongkrak harga komoditas andalan ekspor Indonesia tersebut.

Toby Hassall, Analis Refinitiv, menilai kenaikan harga gas alam yang begitu tajam mendukung lesatan harga batu bara. Kemarin, harga gas alam di Henry Hub (Oklahoma, Amerika Serikat) melejit 2,78% Sejak akhir 2020 (year-to-date), harga meroket 122,92%.

Saat harga gas alam naik, maka biaya pembangkitan listrik dengan sumber energi primer dari komoditas ini semakin mahal. Di Eropa, biaya pembangkitan listrik dengan gas alam pada 12 Oktober 2021 adalah EUR 85,22/MWh. Sementara dengan batu bara adalah EUR 54,76/MWh.

So pasti dunia usaha berlomba-lomba mengalihkan sumber energi primer pembangkit listrik dari gas alam ke batu bara. Perburuan terhadap batu bara membuat harganya terus naik.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular